Zat padat adalah sebuah objek yang
cenderung mempertahankan bentuknya ketika gaya luar mempengaruhinya. Karena
kepadatannya itu, bahan padat digunakan dalam bangunan yang semua strukturnya
komplek yang berbentuk. Susunan zat padat merupakan kumpulan dari atom, electron,
dan inti atom, proton dan neutron dan quark.
Bahan padat dapat
diklasifikasikan berdasarkan keteraturan susunan atom-atom atau ion-ion
penyusunnya. Bahan yang tersusun oleh deretan atom-atom yang teratur letaknya
dan berulang (periodik) disebut bahan kristal. Dikatakan bahwa bahan kristal
mempunyai keteraturan atom berjangkauan panjang. Sebaliknya, zat padat yang
tidak memiliki keteraturan demikian disebut bahan amorf atau bukan-kristal. Perbedaan susunan Kristal dan amorf dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :
Bahan kristal, untuk yang
selanjutnya cukup disebut kristal (saja), dapat dibentuk dari larutan, lelehan,
uap, atau gabungan dari ketiganya. Bila proses pertumbuhannya lambat, atom-atom
atau pertikel penyusun zat padat dapat menata diri selama proses tersebut untuk
mrenempati posisi yang sedemikian sehingga energi potensialnya minimum. Keadaan
ini cenderung membentuk susunan yang teratur dan juga berulang pada arah tiga
dimensi, sehingga terbentuklah keteraturan susunan atom dalam jangkauan yang
jauh, inilah yang mencirikan keadaan kristal.
Sebaliknya, dalam proses
pembentukan yang berlangsung cepat, atom-atom tidak mempunyai cukup waktu untuk
menata diri dengan teratur. Hasilnya terbentuklah susunan yang memiliki tingkat
energi yang lebih tinggi. Susunan atom ini umumnya hanya mempunyai keteraturan
yang berjangkauan terbatas, dan keadaan inilah yang mencerminkan keadaan amorf.
Dalam bahan amorf, jangkauan keteraturan atom biasanya sampai tetangga
kedua.
Di antara kedua kristal sempurna (tunggal) di satu pihak,
dan keadaan omorf di pihak lain, terdapat keadaan yang disebut polikristal
(kristal jamak). Zat padat pada keadaan ini tersusun oleh kristal-kistal
kecil. Bila ukuran kristalnya dalam ukuran orde mikrometer, bahan
yang bersangkutan termasuk kristal mikro (microcrystalline); dan bila
ukuran kristalnya dalam orde nanometer, maka bahannya digolongkan
sebagai kristal nano (nanocrystalline).
Secara umum, perbedaan Kristal dan
amorf dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Partikel-partikel zat padat begitu erat
terikat satu sama lain karena adanya suatu gaya tarik menarik yang terjadi
antara partikel-partikel tersebut. Jenis ikatan atom pada zat padat antara lain
:
1.1.1 Ikatan Ionik
Ikatan ionik terbentuk
karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatik (Coulomb) antara ion positif dan
ion negatif. Terbentuknya ion-ion tersebut disebabkan oleh terjadinya transfer
elektron antar atom-atom yang membentuk ikatan. Beberapa contoh kristal ionik
antara lian : NaCl, CsCl, KBr, NaI, dst. Untuk NaCl, elektron pada atom Na
ditransfer kepada atom Cl :
Selanjutnya, ion Na+ dan ion Cl yang dalam keadaan gas
berikatan satu sama lain dan membentuk kristal dengan melepaskan energi kisi
(kohesi) sebesar 7,9 eV :
(1.1.)
Apabila ion Na+ dan ion Cl berdekatan pada jarak r,
besarnya energi (potensial) tarik-menarik Coulomb adalah :
Εcoul
= −e2 / 4επor (1.2.)
dengan e muatan listrik ion dan εo permitivitas hampa. Gaya
tarik-menarik ini tidak mengakibatkan kedua ion terus mendekat, sampai jarak
yang sedekat-dekatnya, karena orbital-tertutup yang terisi penuh elektron pada
masing-masing atom juga saling berdekatan. Sebagai akibatnya, timbul gaya tolak
antar elektron pada orbital atom, sebagai konsekuensi larangan Pauli.
Besarnya energi tolak-menolak (repulsif) dapat diungkapkan sebagai berikut :
Erop =
A/rn
atau
: Erop = B exp (-r/ρ) (1.3.)
A, B dan ρ adalah tetapan, sedangkan n = 12. Dalam persamaan (1.3)
terlihat bahwa energi tolak-menolak menurun dengan cepat dengan bertambahnya
jarak antar ion. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi tolak-menolak tersebut
adalah berjangkauan pendek, terutama bila dibandingkan dengan interaksi
elektrostatik Coulomb. Dengan demikian, setiap ion hanya “merasakan” interaksi
tolak-menolak dengan ion tetangga terdekatnya saja.
Di pihak lain, dalam interaksi elektrostatik setiap ion akan
berinteraksi baik dengan ion tetangga terdekatnya maupun dengan ion tetangga
berikutnya, karena interaksi ini berjangkauan lebih jauh. Dengan ini kita perlu
memperhitungkan pengaruh tetangga yang lebih jauh tersebut dalam perhitungan
energi interaksinya. Perhatikan kembali gambar 1.1a. Anggap bahwa ion di pusat
kisi (di pusat ruang kubus) adalah ion Na+ , sebagai ion acuan yang
ditinjau. Ion-ion yang mengelilingi ion Na+ tersebut adalah seperti
ditunjukkan pada tabel 1.1.
Dengan mengggunakan data tersebut, besarnya energi elektrostatik
setiap pasangan ion dapat dituliskan sebagai berikut :
(1.4.)
α disebut tetapan Madelung. Untuk selanjutnya, α merupakan
karakteristik kisi terutama untuk kristal ionik, karena nilainya bergantung
pada struktur kristal yang bersangkutan. Berikut ini dapat dibandingkan nilai α
untuk beberapa kristal ionik :
NaCl : α = 1,748
ZnS : α = 1,638
CsCl : α = 1,736
Gambar 1.1 Empat tampilan kisi sel satuan garam meja (NaCl) : a.
Sel satuan secara umum,
b. Konfigurasi oktahedral, setiap atom dikelilingi 6 atom tetangga
terdekat,
c. Susunan mampat, dan d. Susunan atom pada salah satu bidang sisi
kubus.
Gambar 1.2.
Berdasarkan persamaan (1.2) dan (1.3) di atas selanjutnya dapat
dibahas lebih lanjut perumusan energi kisi. Untuk itu diambil contoh kristal
NaCl, lihat gambar 1.1. Ion-ion Na+ dan Cl berada pada keadaan
seimbang pada jarak keseimbangan ro, yaitu jarak terdekat antara
ion Na+ dan
Cl pada gambar 1.1 a dan d. Besarnya energi total sebagai fungsi jarak antar
ion :
E(r) = Ecoul + Erep =
-αe2/4πεor + B
exp (-r/ρ) (1.4.)
Energi kisi adalah energi total pada r = ro. Dalam
grafik pada gambar 1.2, E (ro ) adalah nilai energi keseimbangan pada
titik minimum dari kurva E(r). Hal ini berarti turunan pertama dari E(r) terhadap
r pada r = ro
adalah sama dengan nol. Jadi, dE(r)/drrr
= 0= (αe2/4πεoro2) -B/ρ)
exp (-r0/ρ)
menghasilkan :
B = (αρe2/4πεoro2) exp (ro /ρ) (1.5.)
Masukkan nilai ini ke pers. (1.4), diperoleh :
E = -(αe2/4πεor2) [1 - (rρ/ro2) exp
{(ro-r)/ρ}]
(1.6.)
pada keadaan seimbang, r = ro, didapatkan ungkapan bagi
energi kisi :
Ekisi = -(αe2/4πεoro) [1 - (ρ/ro)] (1.7.)
Terlihat
pada persamaan terakhir ini bahwa nilai energi kisi bergantung pada tetapan
Madelung, sementara itu nilai tetapan ρ biasanya hanya beberapa persen dari
nilai ro.
Mott dan Gurney melaporkan bahwa ρ = 0,345 angstrom untuk 20 macam kristal
ionik alkali-halida. Distribusi elektron di sekitar ion pada kristal NaCl
ditunjukkan pada gambar 1.3. Angka-angka yang tersaji pada kontur menunjukkan
konsentrasi relatif elektron di lokasi yang bersangkutan.
Gambar 1.3. Distribusi rapat elektron pada bidang dasar kristal
NaCl. Konsentrasi relatif elektron ditunjukkan oleh angka-angka yang tercantum.
Gambar 1.4. Energi molekul hidrogen (H2)
sebagai fungsi jarak antar atom.
1.1.2. Ikatan Kovalen
Ikatan
kovalen, sering disebut ikatan valensi atau homopolar, dibangun
oleh sepasang elektron dari dua atom yang berikatan. Setiap atom menyumbang
sebuah elektron untuk membentuk sebuah ikatan kovalen. Elektron-elektron yang
membentuk ikatan tersebut bersifat lokal (hanya terdapat) di daerah
antara dua atom, menempati orbital ikatan (σ) dengan spin yang
berlawanan arahnya (anti-paralel). Untuk membahas secara lebih rinci tentang
mekanisme pembentukan ikatan ini diperlukan teori kuantum yang lebih lanjut,
sehingga tidak di sajikan dalam catatan ini demi penyederhanaan. Karena
memerlukan teori kuantum inilah, maka ikatan kovalen sering juga disebut ikatan
kuantum.
Molekul hidrogen (H2)
merupakan contoh molekul dengan ikatan kovalen yang paling sederhana,
perhatikan gambar 1.4. Keadaan ikatan paling kuat terjadi bilamana spin kedua
elektron saling anti-paralel (state S). Sewdangkan apabila keadaan
spinnya parelel (state A), kedua atom hidrogen berada pada keadaan anti-ikatan;
atom-atom saling menolak, karena elektron-elektronnya saling menjauhi (ingat
prinsip larangan Pauli).
Gambar
1.5 Distribusi konsentrasi elektron valensi di sekitar atom Ge dalam kristal
germanium
Ikatan kovalen termasuk
ikatan yang kuat. Ikatan pada dua atom karbon dalam kristal inti membentuk
struktur tetrahedral, artinya setiap atom karbon dikelilingi oleh 4 buah
atom karbon tetangga terdekat. Kristal lain yang temasuk dalam struktur
intan adalah kristal silikon dan germanium. Arah ikatan kovalen nampak
jelas dalam ruang tetrahedral, misalnya untuk kristal germanium, lihat gambar
1.5. Dalam gambar ini, distribusi elektron pada daerah di skitar atom-atom yang
berikatan kovalen diwakili oleh angka-angka pada kontur yang bersangkutan.
1.1.3. Ikatan logam
Logam dicirikan oleh tingginya
konduktivitas listrik dan termal, banyak mengandung elektron bebas yang
dapat bergerak diseluruh kristal. Elektron valensi yang dimiliki oleh setiap
atom logam, akan menjadi elektron bebas bila atom-atom tersebut membentuk
Kristal logam. Sebagai contoh, perhatikan atom natrium (11Na)
dengan konfigurasi elektron dalam orbital atom sebagai berikut :
11Na : 1s2-2s2-2p6-3s1
Gambar 1.6 Struktur ikatan logam. Ikatan
antar teras atom yang dikelilingi oleh elektron-elektron bebas
Orbital atom yang terisi
penuh elektron bersama-sama inti atom membentuk teras atom (core).
Dalam kristal logam, teras-teras atom saling berkaitan, dan elektron valensi
menjadi elektron bebas (satu elektron untuk setiap teras Na). Dalam gambar ini,
ikatan logam dapat dipandang sebagai kumpulan teras atom dalam
“lautan” elektron bebas. Lihat gambar 1.6.
1.1.4. Ikatan Van der Waals
Gas-gas inert (He, Ne, Ar, dst) dapat
membentuk kristal-kristal sederhana. Kristal tersebut umumnya transparan,
bersifat isolator, berikatan lemah dan memiliki titik leleh yang sangat rendah.
Bila diperhatikan, atom-atom gas ini memiliki orbital valensi yann terisi penuh
elektron, sehingga elektron-elektron valensi tidak lagi memungkinkan untuk
membentuk ikatan. Lalu, gaya apakah yang membuat atom-atom tersebut dapat
bertahan dalam menyusun kristal ?
Atom-atom gas inert dapat mengalami distorsi yang sangat
kecil pada distribusi elektronnya dalam orbital kulit penuh yang berbentuk simetri
bola. Meskipun kecil, penyimpangan ini cukup mengubah atom-atom menjadi
dipol-dipol listrik. Interaksi antar dipol inilah yang menghasilkan gaya
tarik-menarik yang disebut gaya Van der Waals. Gaya ini sangat lemah, dan
energi interaksinya memiliki bentuk :
EVDW
= -A/r6 (1.8.)
(1.8.)
A tetapan dan r jarak antar atom. Untuk menjaga agar atom-atom
berada dalam keseimbangan, pada jarak yang sangat dekat akan terjadi gaya
tolak-menolak sebagai akibat berlakunya prinsip larangan pauli (lihat gambar
ikatan ionik) yang menghasilkan energi tolak-menolak :
Erep = B/r12 (1.9.)
(1.9.)
Dengan demikian bentuk lengkap energi interaksi dalam ikatan Van
der Waals adalah :
E(r) = -A/r6 + B/r12 (1.10.) (1.10.)
Persamaan (1.10) dirumuskan lebih lanjut oleh Lennard-Jones dalam
bentuk :
E(r) =
4ε[(σ/r)12
- (σ/r6] (1.11.)
dan disebut energi potensial Lennard-Jones. Besaran ε dan σ
adalah parameter yang dapat ditentukan dari eksperimen. Selain pada gas-gas
inert/mulia, ikatan Van der Waals juga ditentukan pada kristal molekul-molekul
organik.
1.1.5. Ikatan Hidrogen
Karena hanya memiliki sebuah
elektron, atom hidrogen hanya dapat berikatan dengan sebuah atom lain. Akan
tetapi, keadaan tertentu, sering dijumpai bahwa atom hidrogen dapat pula
berikatan cukup kuat dengan dua buah atom lain. Pada keadaan demikian
terbentuklah ikatan hidrogen di antara atom-atom tersebut dan atom H dengan
energi ikat 0,1 eV. Dalam ikatan hidrogen, atom H bersifat sebagai ion
positif terutama bila berikatan dengan atom-atom yang elektronegatif,
seperti F, O dan N.
Gambar 1.7. Susunan kristal es (H2O
padat), setiap atom oksigen dikelilingi oleh 4 atom H. Jarak antar atom 0-0 terdekat
2,76 angstrom dan antara atom-atom H-O 1,75 angstrom dan H-H 1,01 angstrom.
Bandingkan dengan jarak antar atom H-O dalam molekul air 0,96 angstrom.
Ikatan hidrogen berperanan penting dalam interaksi antar molekul H2O, dan
bersama-sama interaksi elektrostatik dari dipol-dipol listrik (H2O
molekul polar) berperanan dalam pembentukan molekul air dan kristal es;
perhatikan gambar 1.7.
1.1.6. Ikatan Campuran
a. Ionik-kovalen
Ikatan ionik yang sempurna dapat
terbentuk pada suatu molekul bilamana atom-atom yang terlibat dapat membentuk
ion-ion yang elektropositif dan elektronegatif kuat. Syarat ini terpenuhi oleh
molekul ionik alkali-halida, oleh karena atom-atom alkali dan halida
memiliki kecenderungan yang kuat untuk melepaskan dan menerima elektron. Bagi
atom-atom yang kurang keelektropositifan dan keelektronegatifannya, transfer
elektron kation ke anion kurang dari 100%. Sebagai contoh, logam-logam transisi
(golongan B) memiliki energi ionisasi yang lebih besar daripada logam alkali,
sehingga perak-halida (AgX) kurang ionik dibandingkan alkali-halida.
Dapat didefinisikan :
(1.12.)
λ adalah parameter derajad keionikan yang di ungkapkan menurut
persamaan :
(1.13.)
ψψψ,,koviondan berturut-turut menyatakan fungsi gelombang
elektron terikat, fungsi gelombang ikatan kovalen dan fungsi gelombang ikatan
ionik.
b. Kovalen - Van der Waals
Ikatan
campuran antara kovalen dan Van der Waals banyak ditemmukan pada kristal
molekul. Pada gambar 1.8 ditunjukkan kristal telurium (Te) dan grafit (C),
yang masing-masing mengandung ikatan kovalen dan ikatan Van der waals. Ikatan
kovalen terjadi antara atom-atom Te yang membentuk spiral, sedangkan
pada kristal grafit, ikatan kovalen terjadi antar atom-atom C pada satu lapis
tertentu, serta ikatan Van der Waals terjadi antar lapisan (gambar 1.8b).
Gambar 1.8. Kristal dengan ikatan campur kovalen-Van der Waals; a.
Krsital telurium, ikatan antar atom di sepanjang rantai kovalen dan ikatan
antar rantai Van der Waals, b. Kristal grafik c. Ikatan antar atom di setiap
lapisan adalah kovalen, sedangkan ikatan antar lapisan adalah Van der Waals.
DAFTAR PUSTAKA
0 comments:
Post a Comment
Saya sangat berterima kasih anda bersedia memberikan komentar untuk tulisan saya. :-)