Sejak
awal kehidupan, manusia terus memperhatikan fenomena-fenomena alam yang terjadi
di sekitarnya. Selalu timbul pertanyaan “mengapa begini?” atau “mengapa begitu?”.
Contohnya mengapa
objek yang tidak ditopang jatuh ke tanah, bagaimana bentuk bumi dan bulan dan
lain sebagainya. Karena
belum ada yang bisa menjelaskan secara logis, maka orang di zaman dahulu selalu
mengaitkan-ngaitkan dengan jawaban yang sederhana “ini pekerjaan dewa/dewi”
sesuai dengan kepercayaan mereka.
Beberapa
tahun kemudian, muncullah orang-orang yang bisa menjelaskan fenomena-fenomena
alam yang terjadi dengan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense
explanation) yaitu para filsuf Yunani. Filsuf alam
pertama yang mengkaji tentang asal usul alam adalah Thales (624-546 SM). Iya di
gelari Bapak filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat dan
mempertanyakan. Kemudian ilmu alam terus dikembangkan oleh filsuf selanjutnya
di antaranya Heraklitos (540-480 SM) melihat alam semesta ini selalu dalam
keadaan berubah; Pythagoras (580-500 SM) mengembalikan segala sesuatu kepada
bilangan semua realitas dapat diukur dengan bilangan (kuantitas);
Penyebaran
sains mula-mula diturunkan oleh ilmuwan sains kepada anak didiknya, contohnya
Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar
Aristoteles. Pemikiran Plato kemudian dipengaruhi oleh Socrates dan kemudian
pemikiran Aristoteles kemudian dipengaruhi oleh Plato. Walaupun demikian
masing-masing memberikan sumbangan yang besar dalam ilmu alam. Kemudian mereka
mulai mendirikan sekolah-sekolah atau akademi untuk mengajarkan teori-teori
yang mereka temukan. Plato (427SM-347SM) mendirikan Akademi Platonik di Athena, sekolah
tingkat tinggi pertama di dunia barat.
Kemudian dari pada itu, Gereja
ikut berperan penting dalam penyebaran sains lewat pengajaran di gereja,
seminar dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh gereja dan para imamnya
berperan penting dalam masyarakat. Peran gereja menjadi dominan dalam
perkembangan intelektualitas di masyarakat, karena banyak cendekiawan berlatar
belakang imam. Contohnya St. Agustinus menjadi Filsuf
pertama pada masa Kekristenan. Adapun Thomas Aquinas yang mentransformasikan
pandangan Aristoteles ke dalam konsep-konsep kekristenan. Apa yang dikenal
sebagai reason oleh Aristoteles diterjemahkan sebagai soul oleh Aquinas. Maka
soul adalah sesuatu yang vital bagi manusia, tujuan utamanya adalah memahami
dunia, hal yang tidak dapat dilakukan oleh fisik manusia semata.Namun demikian,
banyak act dari soul yang membutuhkan tubuh fisik manusia sebagai kekuatan yang
dapat mewujudkannya.Sumbangan bagi science: Pengubahan mutlak dari Aristoteles’
natural science dan Pengembangan dualism.
Secara gradual, gereja menjadi
penentu nilai di masyarakat dan berhak melakukan sensor atas tulisan atau ide
yang muncul. Gereja juga adalah penyelenggara pendidikan moral. Walaupun
demikian peran gereja dirasakan kurang memuaskan dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat, maka muncul universitas-universitas di Eropa yang
menawarkan kebebasan berpikir secara lebih luas. Terjadi pertentangan antara
gereja dan masyarakat.
Sepanjang
masa ini, perdebatan mengenai manusia bergeser dari topik kehidupan yang luas,
hubungan antara manusia dengan lingkungannya /alam, ke arah pemahaman tentang
kehidupan secara lebih spesifik, yaitu hubungan antara aspek-aspek di dalam
diri manusia itu sendiri. Menunjukkan semakin mendalamnya perhatian dan concern
awal mengenai manusia itu sendiri. Meskipun demikian, pengaruh kuat gereja
menyebabkan pemikiran tentang manusia tidak bebas, dan otoritas ketuhanan tetap
dijunjung sebagai otoritas tertinggi.
Sambutan masyarakat terhadap ilmu
alam berbeda-beda, ada yang percaya pada ilmu yang telah disajikan oleh para
ilmuwan,ada yang ikut dipengaruhi oleh gereja, dan atau ada yang masih tetap
bertahan dan percaya pada unsur-unsur religious yang dipercayainya.
Bebagai pertentangan terus datang
pada Ilmuwan namun tidak menghentikan semangat mereka untuk terus mencari
kelogisan dari peristiwa alam yang terjadi. Ada yang sampai dipenjarakan dan
bahkan ada yang dibunuh oleh karena teori-teori yang mereka temukan. Hingga
akhirnya masyarakat secara perlahan-lahan mulai menerima ilmu alam yang
disampaikan oleh ilmuwan karena mampu menjelaskan fenomena-fenomena alam yang
terjadi secara logis.
Ketika
kekaisaran Roma jatuh, perkembangan sains mengalami kemunduran. Sebagian besar
masyarakat dan ilmuwan berpindah ke Timur Tengah. Setelah
bangsa Arab menaklukkan Persia, ilmu pengetahuan berkembang dengan cepat di
Persia dan ilmuwan terus bermunculan yang akhirnya dengan giatnya memindahkan
ilmu yang telah ada dari kebudayaan Yunani ke timur tengah yang saat itu sedang
mundur dari Eropa yang mulai memasuki abad kegelapan. Di sana ilmuwan Yunani mengajarkan ilmu kepada orang di
Timur tengah dan kemudian terus dikembangkan oleh ilmuwan di sana. Ilmuwan
Timur Tengah yang juga muslim berhasil mengembangkan ilmu astronomi dan
matematika, dan kemudian menemukan ilmu baru yaitu kimia. Di sini agama Islam
turut berkontribusi dalam menyebarkan sains.
Mar'atush Shalihah dalam blognya menuliskan bahwa : perkembangan ilmu pengetahuan di Timur Tengah
tidak terlepas dari peranan negeri Timur Tengah sebagai sumber dari agama
samawi. Akar-muakar dari agama-agama yang ada, Yahudi, Nasrani, dan Islam yang
muncul di Timur Tengah menciptakan karakter masyarakat Timur Tengah (yang
umumnya bangsa Arab) berkembang menjadi insan yang “pemikir”. Ditandai dengan
perkembangan pemikiran dan kajian Filsafat yang telah berlangsung di Timur
Tengah sejak 6000-1000 sebelum masehi sedangkan kajian filsafat bangsa Barat
oleh Yunani baru dikenal pada tahun 600 SM. Ilmu pengetahuan di Timur Tengah
mulai mengalami kemajuan oleh peradaban Islam pada masa DSinasti Abbasiyah (750
M), yang ditandai dengan berkembangnya sekolah-sekolah dan Universitas di Timur
Tengah (dengan Al-Azhar sebagai universitas tertua). Beberapa kajian ilmu yang
berkembang saat itu antara lain Ilmu Pengetahuan Agama dan Syari’at, seperti
Ilmu Tafsir, Ilmu Qira’at, Hadits, Fiqh, Bahasa dan Retorika, Ilmu Kalam, Ilmu
Sastra maupun ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, seperti Filsafat, Kedokteran, ilmu
administrasi, Ilmu Teknik, Matematika, farmasi dan Kimia, Astronomi, Sejarah
dan Geografi, Ilmu Optik dan lain sebagainya. Hingga melahirkan para
tokoh-tokohnya seperti : Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al
Ghazali, Al Khawarazimi, Rayhan Al Bairuni, Ibnu Mansur Al Falaky, At Tabrani,
Imam Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, Jahm Ibnu Sofyan, Washil bin
Atha’, Sibawaih. Para Khalifah Dinasti Abbasiyah saat itu memang sangat
mendukung perkembangan Ilmu Pengetahuan terutama mengenai kajian Islam sebab
disadari bahwa ilmu pengetahuan merupakan kebutuhan pokok hidup bagi umat
manusia. Hingga saat ini, kemajuan bangsa-bangsa timur tengah dalam penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi juga masih Nampak terlihat. Penguasaan negeri
Iran akan pengembangan teknologi nuklir (misalnya), yang mengimbangi kekuatan
Amerika Serikat sebagai negara adidaya.
Penyebaran ilmu kemudian dilakukan
lewat pengajaran di masjid oleh para ulama dan kemudian telah didirikan
akademi-akademi oleh orang-orang Muslim untuk mengajarkan ilmu alam yang telah
ditemukan.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa penyebaran ilmu alam pada awalnya diturunkan
oleh ilmuwan sendiri ke muridnya atau lewat pengajaran di akademi yang
didirikan, kemudian gereja ikut mempublikasikan ilmu yang dianggapnya tidak
bertentangan dengan nilai ketuhanan. Ketika kekaisaran Roma jatuh ke Timur
Tengah maka agama Islam kemudian berpengaruh penting pada penyebaran ilmu
sendiri.
0 comments:
Post a Comment
Saya sangat berterima kasih anda bersedia memberikan komentar untuk tulisan saya. :-)