Arti "Punk" menurut dia.

by 12:10 0 comments
          Punk merupakan subkultur yang lahir di LondonInggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir pada awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik. (http://id.wikipedia.org/wiki/Punk)
         
      Penjelasan mengenai punk di atas mungkin sedikit membantu kita untuk memahami dari mana asalnya punk dan apa saja subtansinya. Namun punk sendiri di mata saya memiliki arti yang berbeda. Dandanan mereka yang sedikit berantakkan (berbaju hitam, bercelana sobek-sobek, rambut diwarnai dan dibuat seperti bulu landak, menggunakan lipstik hitam, menggunakan maskara, penuh aksesoris-aksesoris, dan masih banyak lagi), sejujurnya membuat mereka memiliki pamor yang buruk di mata saya. Mungkin banyak juga yang memiliki pemikiran yang sama dengan saya karena mereka berbeda dari kebanyakan orang yang ada. Belum lagi jika saya mendengar berita-berita kurang bagus yang diprakarsai oleh anggota punk sendiri. Tentu saya tidak ingin bergabung bersama mereka, bahkan untuk memberikan sebuah senyuman saja kepada mereka terkadang saya tidak berani. 
      Di suatu kesempatan saya berbincang dengan seorang resident (anak asrama) perempuan yang sekarang sedang menjalankan studi S1-nya. Sebut saja  namanya Via. Jika nantinya Via lulus maka akan berprofesi sebagai guru SD. Kesehariannya yang saya perhatikan : siangnya di kampus dan malamnya menghabiskan waktu di ruang belajar (seringnya sendirian) sampai larut malam. Di ruang belajar itu, seringnya ia mengerjakan tugas, telpon-telponan, dan atau menonton film. Sepertinya dia sangat asyik dengan seluruh rutinitasnya itu. Namun di hari sabtu malam biasanya ia keluar dan berkumpul bersama teman-temannya. 
       Di sela perbincangan, Via menunjukkan foto-foto teman-temannya kepada saya dan kegiatan apa saja yang mereka lakukan di tiap hari sabtu. Betapa terkejutnya saya.. Sang mahasiswi yang cantik walau tomboy ini adalah anggota punk. Dandanannya di foto-foto bersama teman-temannya itu jauh berbeda dengan kesehariannya di asrama. Saya pun mulai berpikir aneh tentang dia. Namun yang menarik dari dokumentasi-dokumentasi tersebut adalah mereka melakukan kegiatan-kegiatan unik bersama seperti berjualan makanan, berdandan ala "hantu" di pusat keramaian untuk sekedar dimintai foto bersama para pengunjung, dan masih banyak lagi. Hmm.. Saya sendiri belum pernah melakukan hal-hal tersebut. Terlihat sekali kekompakkan mereka. 
     Tanpa saya tanyai, Via mulai menceritakan mengenai teman-temannya. Saya tidak menyanggah dan membiarkan ia dengan menggebu-gebu bercerita. Menurutnya teman-temannya itu sangat baik dan tidak semua anak punk suka berbuat onar, sama seperti anak-anak lain di luar sana; ada yang nakal namun ada juga yang baik. Mereka hanya datang dari kesamaan latar belakang, biasanya dari keluarga dengan status ekonomi menengah ke bawah. 
    Semakin menarik untuk saya dengarkan, yang saya tahu si Via datang dari keluarga yang berkecukupan dan si Via sendiri sering menjalankan salah satu syarat dari agama yang dianutnya. Lanjut Via, walau dandanan mereka seperti itu namun ia lebih merasa menemukan keluarga di situ. Mereka lebih tahu artinya menjaga satu sama lain, menghargai sesamanya, dan sering mengingatkan hal-hal yang positif untuk dilakukan agar bisa bertahan hidup. Dibanding berkumpul dengan sesama teman cewek dan hanya menceritakan keburukan orang lain, ia lebih memilih bergabung dengan teman-temannya tersebut. Kegiatan yang paling disukai Via dalam kelompoknya itu adalah menonton film bersama dan membahas pesan moral apa yang disampaikan dalam film tersebut serta saling mengingatkan untuk mewujudkan pesan moral itu dalam tindakan mereka sehari-hari. Sesuatu yang jarang ia dapatkan dari teman-teman seperjuangannya.
     Walaupun kebanyakan temannya adalah laki-laki, namun Via yakin bahwa mereka sangat menjaganya, terutama mereka yang sudah berkeluarga sering memberikan wejangan untuk saling menjaga. Via mengaku belajar percaya diri dari kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan di jalan yang ramai. Ia pernah mencoba memerankan "hantu" di pusat keramaian. Mulanya ia malu dan sungkan berjalan dalam dandanan ala pocong namun lama kelamaan ia menjadi berani tampil. Di lain kesempatan dan lain kegiatan, Via sudah menjadi percaya diri. Uang yang mereka dapatkan dari pertunjukan mereka kemudian dikumpulkan dan dibagi merata, namun setengahnya disisihkan untuk mengembangkan warung makan yang mereka bangun bersama. Wah.. Bermanfaat menurut saya. 
      Menurut Via, ia merasa lebih baik berada di antara kumpulan anak punk. Mereka selalu memberikan support saat dia sedang dalam masalah atau sedang tidak bersemangat. Mereka juga turut memberikan bantuan konkrit bukan sekedar menasehati saat dia membutuhkan bantuan dan semuanya dilakukan teman-temannya tanpa pamrih.  Walaupun terdengar menarik, sesekali saya mencoba memberikan masukan untuk Via tetap berhati-hati dalam pergaulan dan hanya mengambil manfaat positifnya saja serta tidak melupakan kewajiban utamanya sebagai seorang pelajar. 
       Dari cerita singkat Via di atas, sedikit merubah pandangan buruk saya tentang anak punk. Ternyata tidak semua dari anak punk itu buruk. Jika semua yang dilakukan anak-anak punk di Indonesia itu adalah hal-hal bermanfaat maka tentu dandanan mereka tak menjadi masalah lagi buat saya. Tak masalah berdandan berbeda dari orang lain,yang penting masih sopan namun memiliki sifat dan sikap yang baik serta bermanfaat. Buat apa juga melakukan hal-hal yang akan merugikan diri sendiri. Toh katanya hidup ini sudah susah, jangan mau dibuat susah. :-) 

        Selamat menjadi anak punk yang cinta damai dan bermanfaat bagi diri sendiri dan  orang lain. 

Lusiana Sandra

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment

Saya sangat berterima kasih anda bersedia memberikan komentar untuk tulisan saya. :-)