Pukul 7 malam, waktu yang ditunjukkan oleh jam dinding di bus yang aku tumpangi saat itu. Langit seoalah-olah ingin menumpahkan semua volume airnya ke bumi. Dingin dan hening. Masing-masing orang asyik dengan pikirannya sendiri.
Di sampingku ada anak kecil berusia sekitar 7 tahun sedang sibuk bermain game. Kakeknya yang duduk di sampingnya sedang menatap keluar jendela bus. Entah apa yang dipikirkannya. Sesekali ia tersenyum. Ya, yang jelas ia sedang memikirkan hal bahagia. Di depanku ada seorang ibu berumur 30-an tahun aku kira. Wajah murungnya seolah-olah ingin mengatakan bahwa banyak yang ia pikirkan di kepalanya. Sesekali ia menghela napas panjang. Tidak, yang jelas bukan hal bahagia yang pikirkan olehnya. Mungkin soal anaknya, besok harus makan apa?. Mungkin soal pekerjaannya, ia baru saja dipecat. Atau mungkin soal suaminya yang baru saja meninggal. Tak ada yang tahu, hanya dia dan Sang Pencipta waktu yang tahu.
Bus melaju begitu pelan. Kali ini terdengar alunan musik merdu. Sang sopir sepertinya ingin memecah keheningan di dalam bus itu. Petikan gitar di awal lagu membuat seisi bis berhenti berpikir sejenak dan siap mendengarkan lantunan lirik lagunya. Aku sendiri sangat mengenal lagu itu. Suara Bondan Prakoso yang merdu mulai bernyanyi :
Hari ini aku disini
Berjuang untuk bertahan
Padamkan luka dan beban yang ada
Yang telah membakar seluruh jiwa
Ya, benar seperti katamu. Akupun hari ini di sini. Aku yang seorang wanita kecil, harus berjuang untuk bertahan hidup dengan ketiga orang adik laki-lakiku. Ayahku sudah beristirahat dengan tenang di surga sejak aku duduk di kelas 6 SD. Ibuku entah bagaimana memutuskan keluar pulau. Duniaku serasa begitu menyakitkan, menyiksa, dan mengikis semua rasa bahagiaku. Apa yang harus aku lakukan? Haruskah berlari? Haruskah bunuh diri? Tidak, aku harus di sini. Mencoba membunuh semua perasaan tersiksaku.
Ku coba resapi ku coba selami segala yang telah terjadi
Ku ambil hikmahnya rasakan nikmatnya dan ku coba untuk hadapi
I will survive, I will reviveI won't surrender and stay alive
Kau berikan kekuatan untuk lewati semua ini.. lanjut Bondan bernyanyi.
Hari itu ketika aku berusia 11 tahun 3 hari, tak ada nasi terhidang di meja. Adikku menangis menahan lapar. “Kak, perutku sakit. Aku tak tahan. Apa kita akan berpuasa terus menerus seperti ini?” tanyanya sambil menangis. Ingin kupeluk dirinya, namun ibuku dulu tidak melakukannya untukku. Ia malah meninggalkan aku dan adik-adikku sendiri. Kupandangi adikku satu persatu. Oh Tuhan.. Mereka adalah anak-anak yang tak punya dosa besar pada siapapun. Aku harus tetap semangat untuk mereka, bekerja, dan menghidangkan nasi di meja untuk mereka.
Dingin yang mencekam seolah-olah diusir pergi dengan kalimat-kalimat sarat makna ini. Para penumpang masih asyik mendengarkan. Lagu pun terus mengalun.
Hari ini kan ku pastikan aku masih ada disini
Mencoba lepaskan coba bebaskan segala rasa perih di hati
Ku coba resapi ku coba hayati segala yang telah terjadi
Ku ambil hikmahnya rasakan nikmatnya dan ku coba untuk hadapi
I will survive, I will reviveI won't surrender and stay alive
Kau berikan kekuatan untuk lewati semua ini
Hm..Itulah yang kulakukan selama ini. Bertahan, tak ingin menyerah, dan selalu ingin tetap hidup. Bagaimana tidak ku lakukan? Toh masih ada yang lebih menderita daripada aku dan adik-adikku. Aku diberikan anggota tubuh yang lengkap, akankah aku berdiam dalam keterpurukan tanpa melakukan apa-apa untuk memperbaiki semua yang buruk yang ku alami ini? Tidak, yang ku tahu Sang Pencipta tidak akan menghancurkan segala yang Ia ciptakan sendiri termasuk ciptaan-Nya seperti aku.
Sang kakek tersenyum semakin lebar. Ibu yang duduk di depanku tidak lagi menopang dagunya. Wajahnya berubah cerah. Entah sihir apa yang tiba-tiba merubah kondisi hati ibu tersebut. Suasana dingin berubah menjadi hangat, sehangat kondisi hati kami. Melewati depan emperan toko tempat para anak jalanan tidur, lagupun terus mengalun :
Engkau selalu ada di saat jiwaku rapuh dikala ku jatuh
And i want you to know there's always fine to alive
I won't give up, I won't giving
I stay alive for you for you
I will survive, I will reviveI won't surrender and stay alive
I will survive, I will revive
Getting stronger stay alive
Kau berikan aku kekuatan untuk lewati semua ini
I will survive I will revive
Getting bigger bigger than live
Kau yang Esa, yang perkasa
Give me wisdom to survive.
Pukul 8.05 malam. “Berhenti pak! Saya turun di sini.“, ucapku sedikit keras. Bus pun berhenti. Dari seberang jalan terlihat 3 orang anak laki-laki berdiri di pintu dan tersenyum ke arahku. Mereka sudah menantiku dari tadi di rumah kayu itu. Ku percepat langkahku. Begitu mendekati rumah, mereka berlari kecil ke arahku. Salah satu menyambut bawaanku, dan kedua yang lain langsung mengajakku bergurau. Inilah keindahan duniaku. Aku tak punya orangtua, aku berusia 18 tahun saat ini, tak bisa bersekolah tinggi tapi diberikan Sang Pencipta 3 orang adik yang menyayangiku dan siap membuat aku tersenyum setiap waktu. Merekalah alasanku untuk tetap berjuang. Sampai pada akhirnya pun aku akan selalu meyakinkan mereka, “I will survive, I stay alive for you.”
- See more at: http://inspirasi.co/forum/post/1757/i_will_survive_i_stay_alive_for_you#sthash.5JbkhPRF.dpuf
cerita ini tentang kamu? hidupmu? dek lusi?
ReplyDelete