SEJARAH PERKEMBANGAN ASTRONOMI

by 05:30 0 comments

            Astronomi ialah cabang ilmu alam yang melibatkan pengamatan benda-benda langit (seperti halnya bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau galaksi) serta fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi (misalnya radiasi latar belakang kosmik (radiasi CMB)). Ilmu ini secara pokok mempelajari pelbagai sisi dari benda-benda langit — seperti asal-usul, sifat fisika/kimia, meteorologi, dan gerak — dan bagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut menjelaskan pembentukan dan perkembangan alam semesta. (Wikipedia.com).
            Menurut sejarah, astronomi merupakan salah satu dari ilmu tertua di dunia. Hal ini berdasarkan penemuan artifak-artifak,monumen-monumen dan lain sebagainya di daerah contohnya Mesir dan Nubia, atau di Babilonia yang berisi peradaban-peradaban manusia di zaman itu yang diduga memiliki kegunaan astronomis. Oleh karena itu,dapat dikatakan bahwa astronomi sendiri sudah ada sejak zaman awal dalam perkembangan kehidupan manusia. Bermula dari manusia mulai mengamati gerak benda-benda langit dengan mata telanjang, kemudian dari membangun observatorium-observatorium dengan tujuan seremonial dapat digunakan untuk mencoba memprediksi iklim, cuaca, waktu cocok bertanam dan lain-lain berdasarkan hasil pengamatan mereka observatorium tersebut.
            Seiring dengan berkembangnya peradaban, terutama di Mesopotamia, Cina, Mesir, Yunani, India, dan Amerika Tengah, orang-orang mulai membangun observatorium dan gagasan-gagasan mengenai sifat-sifat semesta mulai ramai diperiksa. Umumnya, astronomi awal disibukkan dengan pemetaan letak-letak bintang dan planet (sekarang disebut astrometri), kegiatan yang akhirnya melahirkan teori-teori tentang pergerakan benda-benda langit dan pemikiran-pemikiran filosofis untuk menjelaskan asal-usul Matahari, Bulan, dan Bumi. Perkembangan astronomi baru berkembang pesat setelah ditemukannya teleskop. Tentu dengan adanya teleskop manusia tidak lagi melakukan perkiraan-perkiraan namun dapat mengamati alam semesta secara langsung dan terlihat jelas di penglihatan manusia.
            Bermula dari dari peradaban tersebut, muncullah orang-orang yang berupaya untuk terus menyelidiki kebenaran mengenai pandangan masyarakat yang ada pada saat itu yaitu para ilmuwan. Astronomi sendiri dikatakan mulai dikembangkan oleh para ilmuwan sejak abad ke-6 yaitu dimulai dari Thales, yang dikatakan oleh Aristoteles sebagai filsuf pertama. Thales mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia (sebelumnya pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu). Sebelumnya Thales mencoba memberi pandangan mengenai bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga memerlukan air untuk hidup dan kemudian menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalam bahasa Yunani arche) segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang. Thales juga mengemukakan  pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya.
            Berikut Anaximander (610-546 SM) yaitu seorang filsuf Yunani yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu Astronomi” mengkritik pemikiran Thales gurunya sendiri. Menurutnya air bukan prinsip dasar dari segala sesuatu seperti yang dikatakan gurunya itu,melainkan To apeiron yang berasal dari bahasa Yunani a=tidak dan eras=batas. Ini suatu prinsip abstrak yang menjadi prinsip dasar segala sesuatu. Menurutnya, bila air merupakan prinsip dasar segala sesuatu, maka seharusnya air terdapat di dalam segala sesuatu, dan tidak ada lagi zat yang berlawanan dengannya. Namun pada kenyataannya api memiliki sifat berbeda dengan api. Dari prinsip inilah berasal segala sesuatu yang ada di dalam jagad raya sebagai unsur-unsur yang berlawanan (yang panas dan dingin, yang kering dan yang basah, malam dan terang). Menurut Anaximandros, dari to apeiron berasal segala sesuatu yang berlawanan, yang terus berperang satu sama lain. Yang panas membalut yang dingin sehingga yang dingin itu terkandung di dalamnya. Dari yang dingin itu terjadilah yang cair dan beku. Yang beku inilah yang kemudian menjadi bumi. Api yang membalut yang dingin itu kemudian terpecah-pecah pula. Pecahan-pecahan tersebut berputar-putar kemudian terpisah-pisah sehingga terciptalah matahari, bulan, dan bintang-bintang.Kemudian mengenai bumi dikatakan berbentuk silinder, yang lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Bumi tidak jatuh karena kedudukannya berada pada pusat jagad raya, dengan jarak yang sama dengan semua benda lain.
            Salah satu kesulitan untuk menerima filsafat Anaximandros tentang to apeiron yang metafisik adalah bagaimana menjelaskan hubungan saling memengaruhi antara yang metafisik dengan yang fisik. Anaximenes,seorang filsuf yang berasal dari kota Miletos meruakan teman dan juga murid Anaximandros tidak lagi melihat sesuatu yang metafisik sebagai prinsip dasar segala sesuatu, melainkan kembali pada zat yang bersifat fisik yakni udara. Tentang alam semesta menurutnya dibentuk dari proses pemadatan dan pengenceran udara yang membentuk air, tanah, batu, dan sebagainya. Bumi, menurut Anaximenes, berbentuk datar, luas, dan tipis, hampir seperti sebuah meja. Bumi dikatakan melayang di udara sebagaimana daun melayang di udara. Benda-benda langit seperti bulan, bintang, dan matahari juga melayang di udara dan mengelilingi bumi. Benda-benda langit tersebut merupakan api yang berada di langit, yang muncul karena pernapasan basah dari bumi. Bintang-bintang tidak memproduksi panas karena jaraknya yang jauh dari bumi. Ketika bintang, bulan, dan matahari tidak terlihat pada waktu malam, itu disebabkan mereka tersembunyi di belakang bagian-bagian tinggi dari bumi ketika mereka mengitari bumi. Kemudian awan-awan, hujan, salju, dan fenomena alam lainnya terjadi karena pemadatan udara.
            Pythagoras (582496 SM) seorang ilmuwan Yunani yang diketahui sebagai yang pertama kalinya mencetuskan gagasan bahwa Bumi berbentuk bola. Ia percaya bahwa Bumi terletak di pusat alam semesta dan benda-benda angkasa lain beredar mengelilingi Bumi.
            Selain itu, Anaxagoras (500-428 SM) memiliki pandangan yang mirip dengan Anaximenes . Anaxagoras berpendapat bahwa badan-badan jagat raya terdiri dari batu-batu yang berpijar akibat kecepatan tinggi dari pusaran angin yang menggerakkannya.
            Berbeda dengan filsuf-filsuf Miletos di atas yang mengajarkan bahwa terdapat satu prinsip dasar yang mempersatukan alam semesta, Empedokles (495-435 SM) mengemukakan bahwa prinsip dasar itu tidaklah tunggal melainkan berupa empat anasir (istilah anasir baru saja digunakan Plato) yaitu air, tanah, api, dan udara. Menurutnya semua benda yang ada di alam semesta terdiri dari keempat anasir tersebut, walaupun berbeda komposisinya.
Pada abad ke-3 SM seorang ilmuwan Yunani bernama Aristharkus yang percaya bahwa Matahari adalah pusat alam semesta merupakan orang pertama yang menghitung ukuran relatif Matahari, Bumi dan Bulan. Ia menemukan bahwa diameter bulan lebih dari 30% diameter Bumi (sangat dekat dengan nilai sebenarnya yaitu 0,27 kali diameter bumi). Ia juga memperkirakan bahwa Matahari memiliki diameter 7 kali diameter Bumi. Ini kira-kira 15 kali lebih kecil dari ukuran sebenarnya yang kita ketahui saat ini.
Aristoteles (384-322 SM), Seorang ilmuwan Yunani percaya bahwa Matahari, Bulan dan planet-planet mengitari Bumi pada permukaan serangkaian bola angkasa yang rumit. Ia mengetahui bahwa Bumi dan Bulan berbentuk bola dan bahwa bulan bersinar dengan memantulkan cahaya Matahari, tetapi ia tak percaya bahwa Bumi bergerak dalam Antariksa ataupun bergerak dalam porosnya.
Archimedes (287-212 SM) menyokong teori Aristarkus, bahwa bumi berputar setiap hari mengelilingi sumbunya dan berputar mengelilingi matahari tiap tahunnya dengan lintasan berbetuk lingkaran. Matahari dan bintang-bintang tetap diam, sedangkan pada planet bergerak berbentuk lingkaran dengan matahari sebagai pusatnya.
Eratosthenes (276 SM - 194 SM) tercatat sebagai orang yang pertama kali memikirkan sistem koordinat geografi, dan yang pertama diketahui menghitung keliling Bumi.
Hipparchus (190 SM120 SM) adalah orang pertama yang membangun model akurat dan kuantitatif gerakan Matahari dan Bulan dengan menggunakan hasil pengamatan dan pengetahuan yang telah dikumpulkan selama berabad-abad oleh bangsa Chaldea dari Babylonia. Dengan teori Matahari dan bulan dan trigonometri numerik miliknya, ia berhasil membangun metode dalam memperkirakan gerhana Matahari. Pencapaiannya yang lain termasuk penemuan presesi, kompilasi katalog bintang yang pertama, dan kemungkinan, pencipta astrolabe.
Teori Hipparchus ini bertahan selama kurang lebih 2 abad, kemudian barulah muncul Claudius Ptolemaeus (90168M) menggantikan karya Hipparchus dengan Risalah astronominya. Ia menyusun gambaran baku mengenai Alam semesta yang dipakai oleh para ahli astronomi hingga zaman Renaissance. Menurut Ptolomeus, Matahari, Bulan, dan planet-planet beredar mengelilingi Bumi dengan suatu sistem yang rumit. Ptolemeus mendukung gagasan Aristoteles bahwa bumi tidak bergerak di pusat alam semesta dan dikelilingi oleh serangkaian bola bening yang saling bertumpukan, dan bola-bola itu tertancap Matahari, planet-planet, dan bintang-bintang. Ia menganggap bahwa pergerakan bola-bola bening inilah yang menggerakan planet dan bintang.
Teori Ptolemaeaus ini bertahan dalam kehidupan masyarakat berabad-abad lamanya walaupun rumus matematika Ptolemeus menjelaskan, dengan akurasi hingga taraf tertentu, pergerakan planet-planet di langit malam. Sampai muncullah Nicolaus Copernicus (1473-1543 M) untuk mencari penjelasan alternatif atas pergerakan yang aneh dari planet-planet. Copernicus membawa perubahan penting dalam ilmu astronomi dalam masanya ini. Ia mencetuskan pandangan bahwa Bumi bukanlah pusat alam semesta sebagaimana pandangan umum pada masanya, melainkan mengitari Matahari seperti planet lainnya. Teorinya dinamakan teori heliosentrisme di mana mataharilah yang merupakan pusat alam semesta. Copernicus memperbaiki dan melengkapi berbagai argumen dan rumus matematika yang menopang teorinya. Walaupun ada beberapa pihak mulanya menentang, seperti Kaum Lutheran yang pertama-tama menyebut bukunya  "tidak masuk akal" namun dewasa ini Copernicus disanjung oleh banyak orang sebagai Bapak Astronomi Modern.
Setelah Copernicus, ilmu astronomi semakin berkembang pesat. Adapun Tycho Brahe (1546-1601) memiliki sebuah observatorium dan merupakan astronom pengamat paling menonjol di zaman pra-teleskop karena membuat observasi planet-planet secara sistematis, membuat daftar dari bintang, pengumpulan data Astronomi yang lain hanya dengan ketelitian yang mungkin tanpa teleskop.. Akurasi pengamatannya pada posisi bintang dan planet tak tertandingi pada zaman itu. Tycho berhasil menampilkan secara eksplisit sejumlah orbit planet yang bersifat anomali, yang sebelumnya belum pernah tercatat. Ia juga tercatat sebagai astronom pertama yang membuat koreksi terhadap pembiasan oleh atmosfer.
Tycho Brahe memiliki seorang asisten bernama Johannes Kepler (1571-1630) disebutkan bahwa hal ini memungkinkan Kepler kemudian mengembangkan penelitian Brahe. Diperlengkapi dengan tabel-tabel pengamatan gerakan planet yang disusun oleh Brahe, Kepler mempelajari gerakan kosmis dan menarik kesimpulan berdasarkan apa yang ia lihat. Ia kemudian menemukan ketiga hukum dasar pergerakan planet. Pertama, dan yang terpenting, ia pada tahun 1609 menunjukkan bahwa planet bergerak mengelilingi Matahari dalam orbit eliptik, bukannya dalam kombinasi lingkaran-lingkaran sebagaimana diperkirakan sebelumnya. Ia menunjukkan pula bahwa kecepatan planet berubah sepanjang orbitnya, lebih cepat bila lebih dekat dengan Matahari dan lebih lambat bila jauh. Pada tahun 1619 ia menunjukkan bahwa jangka waktu yang diperlukan sebuah planet untuk menyelesaikan satu orbit berkaitan dengan rata-rata jaraknya dari Matahari. Untuk perhitungannya, Kepler menggunakan pengamatan Tycho Brahe.
Memiliki kurun waktu yang hampir bersamaan dengan Kepler, Galileo Galilei (1564-1642) dipercaya sebagai orang pertama yang menemukan teleskop. Namun hal ini kemudian dibantah bahwa Galileo hanya membuat teleskop hanya berdasarkan deskripsi tentang alat yang dibuat di Belanda pada 1608 dan kemudian menyempurnakannya. Galileo menemukan tiga satelit alami Jupiter -Io, Europa, dan Callisto- pada 7 Januari 1610. Empat malam kemudian, ia menemukan Ganymede. Ia juga menemukan bahwa bulan-bulan tersebut muncul dan menghilang, gejala yang ia perkirakan berasal dari pergerakan benda-benda tersebut terhadap Jupiter, sehingga ia menyimpulkan bahwa keempat benda tersebut mengorbit planet. Galileo adalah salah satu orang Eropa pertama yang mengamati bintik matahari dan yang melaporkan adanya gunung dan lembah di bulan, kesimpulan yang diambil melihat dari pola bayangan yang ada di permukaan. Ia kemudian memberi kesimpulan bahwa bulan itu "kasar dan tidak rata, seperti permukaan bumi sendiri", tidak seperti anggapan Aristoteles yang menyatakan bulan adalah bola sempurna. Galileo juga mengamati planet Neptunus pada 1612 namun ia tidak menyadarinya sebagai planet. Pada buku catatannya, Neptunus tercatat hanya sebagai sebuah bintang yang redup.
Selain Kepler dengan hukumnya mengenai gerakan planet, Sir Isaac Newton (1642-1727) adalah orang yang berhasil merumuskan hukum gravitasi universal yang sangat berperan untuk memahami perilaku pergerakan planet-planet yang diformulasikan berdasarkan data-data yang diperoleh dari ilmuan-ilmuan sebelumnya termasuk kepler. Newton juga memberi sumbangan penting kepada astronomi pengamatan dengan penelitiannya mengenai cahaya dan optika. Pada tahun 1668 ia membangun teleskop pemantul (reflektor) yang pertama di dunia.
Kemudian berbagai penemuan mulai bertambah secara beruntun atau dengan selang waktu beberapa tahun. Antara lain disebutkan dan dijelaskan di bawah ini.
Edmond Halley (1656-1742) yang dikenal karena telah memperkirakan kedatangan sebuah komet yang akan datang tiap 76 tahun sekali, dan komet itu dinamai menurut namanya. James Bradley (1693-1762), Seorang ahli astronomi Inggris yang menemukan penyimpangan yang disebut Aberasi Sinar Cahaya pada tahun 1728, yaitu bukti langsung pertama yang dapat diamati bahwa Bumi beredar mengelilingi Matahari. Dari besarnya penyimpangan ia menghitung kecepatan cahaya sebesar 295.000 km/dt. Hanya sedikit lebih kecil dari nilai sebenarnya (299.792,4574 km/dt, US National Bureau of Standards). Immanuel Kant (1724-1804) yaitu seorang filsuf Jerman yang pada tahun 1755 mengajukan cikal-bakal teori modern tentang tata surya. Kant percaya bahwa planet-planet tumbuh dari sebuah cakram materi di sekeliling Matahari, sebuah gagasan yang kemudian dikembangkan oleh Marquis de Laplace. Kant juga berpendapat bahwa nebula suram yang terlihat di antariksa adalah galaksi tersendiri seperti galaksi Bima Sakti kita. Pendapat tersebut kini telah terbukti kebenarannya.
Sir William Herschel (1738-1822) Seorang ahli astronomi Inggris, lahir di Jerman, yang menemukan planet Uranus pada tanggal 17 Maret 1781 beserta dua satelitnya dan juga dua satelit Saturnus. Herscel membuat survey lengkap langit utara dan menemukan banyak bintang ganda dan nebula. Untuk menangani pekerjaan ini, ia membangun sebuah reflektor 122 cm, terbesar di dunia saat itu. Survey langit Herschel itu meyakinkan bahwa galaksi kita berupa sistem bintang berbentuk lensa, dengan kita di dekat pusat. Pandangan ini diterima hingga jaman Harlow Shapley.
Charles Messier (1730-1817), seorang ahli astronomi Prancis yang menyusun sebuah daftar berisi lebih dari 100 kelompok bintang dan nebula. Hingga sekarang, banyak di antara objek ini yang masih disebut dengan nomor Messier atau M, seperti M1, nebula Kepiting, dan M31, galaksi Andromeda.
Laplace, Pierre Simon, Marquis de (1749-1827), Seorang ahli matematika Prancis yang mengembangkan teori asal mula tata surya yang digagas oleh Immanuel Kant. Di tahun 1796, Laplace melukiskan bagaimana cincin-cincin materi yang terlempar dari Matahari dapat memadat menjadi planet-planet. Perincian teori tersebut telah ditinjau kembali, tetapi pada pokoknya tidak berbeda dengan teori-teori modern mengenai awal-mula terjadinya tata surya.
            Pada periode 1800-1890 diformulasikan konsep-konsep fisika yang mendasar yang sekarang kita kenal dengan sebutan Fisika Klasik Tokoh-tokoh astronomi pada periode tiga dan kontribusinya dalam perkembangan astronomi adalah:
Sir William Herschel (1738-1822) Seorang ahli astronomi Inggris, lahir di Jerman, yang menemukan planet Uranus pada tanggal 17 Maret 1781 beserta dua satelitnya dan juga dua satelit Saturnus. Herscel membuat survey lengkap langit utara dan menemukan banyak bintang ganda dan nebula. Untuk menangani pekerjaan ini, ia membangun sebuah reflektor 122 cm, terbesar di dunia saat itu. Survey langit Herschel itu meyakinkan bahwa galaksi kita berupa sistem bintang berbentuk lensa, dengan kita di dekat pusat. Pandangan ini diterima hingga zaman Harlow Shapley. Urbain Jean Joseph Leverrier (1811-1877), seorang ahli matematika Prancis yang memperhitungkan keberadaan planet Neptunus. Saat memeriksa gerakan Uranus, ia menemukan bahwa gerakannya dipengaruhi oleh sebuah planet tak dikenal. Perhitungan Leverrier memungkinkan penemuan Neptunus oleh Johann Galle.
 Joseph von Fraunhofer (1814). Sebelumnya garis-garis gelap dalam spektrum matahari telah ditemukan keberadaannya oleh William Hyde Wollaston. Pada tahun 1814, Fraunhofer menciptakan spektroskop dan secara mandiri menemukan kembali garis-garis tersebut, memulai sebuah studi sistematik dan melakukan pengukuran seksama terhadap panjang gelombang garis-garis ini. Dia mencatat dan memetakan sejumlah garis-garis gelap dalam spektrum matahari jika cahayanya dilewatkan pada suatu prisma. Secara keseluruhan, dia memetakan lebih dari 570 garis, dan menandai fitur-fitur utama dengan huruf A hingga K, dan garis-garis yang lebih lemah dengan huruf lainnya. Garis-garis ini kemudian disebut sebagai garis-garis Fraunhofer. Fraunhofer juga menemukan bahwa bintang-bintang lain juga memiliki spektrum seperti Matahari, tetapi dengan pola garis-garis gelap yang berbeda.
 Angelo Secchi (1867) merupakan seorang astronom Yesuit, melakukan penyelidikan terhadap 4000 spektrum bintang hasil pengamatan yang dilakukannya menggunakan prisma obyektif. Hanya dengan menggunakan mata, Secchi menggolongkan bintang-bintang tersebut ke dalam tiga kelas. Bintang dengan garis-garis serapan sangat kuat dari atom hidrogen digolongkan sebagai tipe I berwarna putih, bintang dengan garis-garis serapan sangat kuat dari ion logam digolongkan sebagai tipe II berwarna kuning, dan bintang dengan pita-pita serapan lebar digolongkan sebagai tipe III berwarna merah. Setahun kemudian Secchi memasukkan beberapa bintang yang memiliki garis-garis serapan dengan pola yang aneh, jarang ada, mirip tetapi tidak terlalu sama dengan pola tipe III, dan menggolongkannya sebagai tipe IV.

 Henrietta Leavitt (1868-1921), seorang ahli astronomi Amerika yang menemukan sebuah teknik penting dalam astronomi untuk mengukur jarak bintang dengan memakai bintang-bintang Variabel Cepheid. pada tahun 1912 ia menemukan bahwa kecerlangan rata-rata sebuah Cepheid berhubungan langsung dengan jangka waktu yang diperlukannya untuk berubah, dengan Cepheid paling cemelang memiliki periode paling lama. Jadi, dengan mengukur waktu variasi cahaya sebuah Cepheid, para astronom dapat memperoleh kecerlangan sebenarnya, dengan demikian jaraknya dari bintang dan planet lain dapat pula dihitung.
James Jeans (1877-1946), astronomi Inggris, J. Jeans mengemukakan Tata Surya merupakan hasil interaksi antara bintang dan matahari. Perbedaan ide yang ia munculkan dengan ide Chamberlin–Moulton terletak pada absennya prominensa. Menurut Jeans dalam interaksi antara matahari dengan bintang yang melewatinya, pasang surut yang ditimbulkan pada matahari sangat besar sehingga ada materi yang terlepas dalam bentuk filamen. Filamen ini tidak stabil dan pecah menjadi gumpalan-gumpalan yang kemudian membentuk proto planet. Akibat pengaruh gravitasi dari bintang proto planet memiliki momentum sudut yang cukup untuk masuk ke dalam orbit di sekitar matahari. Pada akhirnya, efek pasang surut matahari pada proto planet saat pertama kali melewati perihelion memberikan kemungkinan bagi proses pembentukan planet untuk membentuk satelit.Pada model ini tampaknya spin matahari yang lambat dikesampingkan karena dianggap matahari telah terlebih dahulu terbentuk sebelum proses pembentukan planet. Selain itu tanpa adanya prominensa maka kemiringan axis solar spin dan bidang orbit matahari-bintang tidak akan bisa dijelaskan. Pada tahun yang sama, Asaph Hall telah menemui 2 satelit-satelit Marikh yaitu Phobos dan Deimos.
Edward Charles Pickering (1886) Pemakaian fotografi dalam astronomi membuka kesempatan lebih luas dalam mempelajari spektrum bintang. Edward Charles memulai penyelidikan spektrum bintang secara fotografi dengan prisma obyektif di Observatorium Harvard, Amerika Serikat. Berdasarkan pekerjaan awal Secchi, para astronom di Harvard mengklasifikasikan bintang berdasarkan kuat garis-garis serapan pada deret Balmer dari hidrogen netral, memperluas penggolongan dan menamakan kembali penggolongan dengan huruf A, B, C dan seterusnya hingga P, dimana bintang kelas A memiliki garis serapan atom hidrogen paling kuat, B terkuat berikutnya dan seterusnya.
Chamberlin (1890) menawarkan solusi untuk teori nebula Laplace. Ia menawarkan adanya satu akumulasi yang membentuk planet atau inti planet (objek kecil terkondensasi di luar materi nebula) yang kemudian dikenal sebagai planetesimal. Menurut Chamberlin, planetesimal akan bergabung membentuk proto planet. Namun karena adanya perbedaan kecepatan partikel dalam dan partikel luar, dimana partikel dalam bergerak lebih cepat dari partikel luar, maka objek yang terbentuk akan memiliki spin retrograde.
Pada akhir abad ke 19 ditemukan beberapa fenomena yang tidak bisa dijelaskan melalui fisika klasik. Hal ini menuntut pengembangan konsep fisika yang lebih mendasar lagi yang sekarang disebut Fisika Modern. para ahli astronomi melakukan pengamatan di observatorium dengan menggunakan teleskop untuk mengamati objek langit. Setelah ditemukannya kanal di planet Mars, para ahli astronomi terobsesi untuk meneliti planet mars. Selain itu, pada peiode ini diyakini bahwa ada anggota tata surya ke-9 setelah neptunus. Pada periode ini juga, para ahli astronomi yakin bahwa alam semesta ini tetap. Kemudian terjadi revolusi dalam bidang astronomi yang dilakukan oleh Hubble yang mengatakan bahwa alam semesta ini mengembang dan ditemukannya galaksi lain di luar galaksi kita. Tokoh-tokoh pada periode ini adalah:
1.      Giovanni Schiaparelli (1835-1910) ahli astronomi Italia yang pertama kali melaporkan adanya canali di permukaan planet Mars ketika planet tersebut mendekat di tahun 1877. dalam bahasa italia, canali berarti selat, namun ketika diterjemahkan ke dalam bahasa inggris menjadi terusan atau saluran air, sehingga menimbulkan implikasi adanya bangunan buatan di planet Mars. Selain itu, ia juga menunjukkan bahwa hujan meteor mengikuti garis edar sama seperti komet. Dari sana, ia menduga bahwa hujan meteor sebenarnya adalah puing sebuah komet.
2.      Percival Lowell (1855-1916) mendirikan observatorium Lowelldengan tujuan untuk memetakan canal di planet Mars. Dari hasil pengamatannya, dia memetakan saluran-saluran di Mars dan percaya tentang adanya kehidupan di planet tersebut. Kemudian dia menerbitkan peta kanal di planet Mars, lengkap dengan globe mars. Akan tetapi, para astronom lainnya yang juga sama-sama meneliti planet Mars, tidak menemukan adanya saluran-saluran di planet Mars. Bahkan pada abad ke 20, ketika berbagai wahana antariksa dikirim ke planet Mars, kanal-kanal yang digambarkan Lowell tida ada. Selain meneliti tentang planet Mars, Lowell juga mempercayai adanya planet lain setelah Neptunus yang belum ditemukan. Ia mulai mencarinya di langit dengan bantuan gambar foto. Namun sayang, ia gagal menemukannya.
3.      Annie Jump Cannon (1863-1941) bekerja sama dengan Observatorium Harvard telah mengklasifikasikan bintang berdasarkan spektrumnya.
4.      Henrietta Leavitt (1868-1921) melakukan penelitian mengenai awan Magellan. Dari penelitiannya, diperoleh hubungan antara periode dengan luminositas. Dengan mengukur waktu variasi cahaya sebuah Cepheid, para astronom dapat memperoleh kecerlangan sebenarnya, dengan demikian jaraknya dari bintang dan planet lain dapat dihitung.
5.      Albert Einstein (1879-1955) pada tahun 1917 Einstein memperkenalkan teori relativitas umum yang menghasilkan model alam semesta berdasarkan teorinya tersebut. Dia menyebutkan bahwa ruang dipengaruhi gravitasi. Teorinya tersebut menggambarkan bahwa alam semesta berkembang. Namun, ia menyatakan bahwa hal tersebut tidak wajar sehingga memperbaharui teorinya dan menyatakan bahwa alam semesta tetap dan tidak bergerak. Setelah ditemukannya bukti bahwa alam semesta ini mengembang oleh Hubble, Einstein menyadari dan mengatakan bahwa revisinya tentang teori alam semesta yang dibuatnya sendiri merupakan kekeliruan terbesar dalam hidupnya.
6.      Harlow Shapley (1885-1972), seorang ahli astronomi Amerika yang pada tahun 1921 pertama kali menghitung ukuran sebenarnya dari galaksi kita, dan menunjukkan bahwa Matahari tidak terletak di pusatnya. Shapley mengajukan gagasannya dari suatu studi mengenai kelompok globular perbintangan yang tersebar dalam suatu cincin di sekitar galaksi kita. Dengan mengukur jaraknya dari kecerlangan bintang yang dikandungnya, ia memperkirakan bahwa galaksi kita kira-kira berdiameter 100.000 tahun cahaya dan bahwa Matahari terletak kira-kira 30.000 tahun cahaya dari pusatnya.
7.      Edwin Hubble (1889-1953), seorang ahli astronomi Amerika pada tahun 1924 menunjukkan bahwa terdapat galaksi lain di luar galaksi kita. Selanjutnya ia mengelompokkan galaksi menurut bentuknya yang spiral atau eliptik. Pada tahun 1929 ia mengumumkan bahwa alam semesta mengembang dan bahwa galaksi bergerak saling menjauhi denga kecepatan yang semakin tinggi; hubungan ini kemudian disebut hukum Hubble. Jarak sebuah galaksi dapat dihitung dengan hukum Hubble bila kecepatan menjauhnya diukur dari pergeseran merah cahayanya. Menurut pengukuran terakhir, galaksi bergerak pada 15 km/dt tiap jarak satu juta tahun cahaya. Nama Hubble kini diabadikan pada sebuah teleskop raksasa di antariksa yang dioperasikan oleh NASA.
8.      Georges Lemaitre (1894-1966), Seorang ahli astronomi Belgia yang pada tahun 1927 mencetuskan teori Ledakan Besar kosmologi yang menyatakan bahwa alam semesta dimulai dengan suatu ledakan besar dahulu kala dan bahwa sejak itu kepingannya masih terus beterbangan. Lemaitre mendasarkan teorinya pada pengamatan Edwin Hubble mengenai alam semesta yang mengembang.
9.      George Gamow (1904-1968), seorang ahli astronomi Amerika pendukung teori ledakan besar (Big Bang). Menurut hitungannya, kira-kira 10% bahan dalam alam semesta seharusnya adalah Helium yang terbentuk dari Hidrogen selama terjadinya ledakan besar; pengamatan telah membenarkan ramalan ini. Ia juga meramalkan adanya suatu kehangatan kecil dalam alam semesta sebagai peninggalan ledakan besar. Radiasi Latar belakang ini akhirnya ditemukan pada 1965.
10.    G. P. Kuiper (1905-1973) melakukan analisis dinamika komet-komet periode pendek yang menunjukkan bahwa komet-komet berasal dari ”sarang” komet yang terletak di luar orbit Neptunus. Kawasan ”sarang” komet yang diduga berisi sekitar 35.000 objek batuan mengandung es itu kini dikenal sebagai sabuk Kuiper.
11.  Clyde Tombaugh (1906-1997) ahli astronomi Amerika yang pada bulan Februari 1930 menemukan planet Pluto dengan mempergunakan gambar-foto yang diambil di observatorium Lowell. Setelah penemuan Pluto, Tombaugh melanjutkan survey foto sekeliling langit untuk mencari planet lain yang mungkin ada, tetapi tidak menemukan sesuatu.
12.  Carl von Weizsacker (1912-….), Seorang astronom Jerman yang dalam tahun 1945 menggagas dasar teori-teori modern mengenai asal mula tata surya. Ia membayangkan bahwa planet terbentuk dari kumpulan partikel-partikel debu yang berasal dari sebuah cakram yang terdiri dari materi yang mengelilingi Matahari saat masih muda. Teorinya ini merupakan perubahan dari teori sebelumnya yang digagas oleh Kant dan Laplace.
13.  Sir Fred Hoyle (1915 - 2001) dikenal dunia karena pendapatnya yang menentang teori ”Dentuman Besar” (Big Bang), karyanya mengenai Teori Keadaan Tunak menyangkal bahwa alam semesta diawali dengan suatu ledakan besar. Hoyle menunjukkan bagaimana unsur-unsur kimia berat dalam alam semesta tersusun dari hidrogen dan helium dengan reaksi-reaksi nuklir di dalam bintang, dan tersebar dalam antariksa oleh ledakan supernova.
14.  Alexander Friedman Pada tahun 1922, dia menunjukkan ketidakstatisan struktur alam semesta melalui perhitungannya. Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa impuls yang sangat kecil pun mungkin cukup untuk menyebabkan struktur keseluruhan mengembang atau mengerut menurut Teori Relativitas Einstein. Penemuan perhitungan Alexandra Friedman ini merupakan permulaan dirintisnya teori pembentukan alam semesta dari sebuah ledakan (Teori Big Bang).
15.  Marteen Schmidt (1929-….) Seorang ahli astronomi Amerika yang menemukan jarak-jarak kuasar dalam alam semesta. Di tahun 1963 ia mula-mula mengukur pergeseran merah dari kuasar C 273 yang ternyata begitu besar sehingga menurut hukum Hubble ia seharusnya terletak jauh diluar galaksi kita.
16.  Carl Sagan (1934-1996) Seorang ilmuwan Amerika yang dikenal karena penelitiannya mengenai kemungkinan adanya bentuk kehidupan diluar planet Bumi. Ia terlibat sebagai peneliti dalam berbagai misi wahana tak berawak yang diluncurkan oleh NASA, di antaranya adalah misi Mariner ke planet Venus dan Viking ke planet Mars.
17.  William Wilson Morgan, Phillip C. Keenan, dan Edith Kellman pada tahun 1943, William Wilson Morgan, Phillip C. Keenan dan Edith Kellman dari Observatorium Yerkes memberikan sistem klasifikasi bintang berdasarkan ketajaman garis-garis spektrum yang sensitif pada gravitasi permukaan bintang.
18.  Antony Hewish pada Januari 1968, Hewish mengumumkan penemuan sumber radio di langit berasal dari bintang neotron yang berotasi sangat cepat. Dan Digunakan istilah ‘pulsar’ (pulsaring radio source, sumber radio yang berdenyut)  oleh jurnalis Daily Telegraph.
19.  John Archibald Wheeler Seorang fisikawan Amerika yang pertama kali menggunakan istilah “lubang hitam” pada tahun 1968. Black Hole (Lubang Hitam) ini terbentuk ketika sebuah bintang yang telah menghabiskan seluruh bahan bakarnya, sehingga jari-jarinya mengecil dan volume menyusut, dan akhirnya berubah menjadi sebuah lubang hitam dengan kerapatan tak hingga dan volume nol serta medan magnet yang amat kuat. Kita tidak mampu melihat lubang hitam dengan teropong terkuat sekalipun, sebab tarikan gravitasi lubang hitam tersebut sedemikian kuatnya sehingga cahaya tidak mampu melepaskan diri darinya. Namun, bintang yang runtuh seperti itu dapat diketahui dari dampak yang ditimbulkannya di wilayah sekelilingnya.
20.    Kentaro Osada Pada malam 29 Agustus 1975, ia menemukan bintang yang terang (Cygni 1975) yang merupakan nova yang paling terang pada abad ke-20.Kemudian, pada abad ke-19 ini juga ditemukan kabut kepiting yang merupakan sisa ledakan bintang yang terang (supernova) pada 900 tahun yang lalu.Dan untuk pertama kalinya para ilmuwan berhasil merekam ledakan sebuah supernova.
21.     George Smoot Pada tahun 1989, George Smoot dan tim NASA-nya meluncurkan sebuah satelit ke luar angkasa. Sebuah instrumen sensitif yang disebut “Cosmic Background Emission Explorer” (COBE) di dalam satelit itu hanya memerlukan delapan menit untuk mendeteksi dan menegaskan tingkat radiasi yang dilaporkan Penzias dan Wilson. Hasil ini secara pasti menunjukkan keberadaan bentuk rapat dan panas sisa dari ledakan yang menghasilkan alam semesta. Kebanyakan ilmuwan mengakui bahwa COBE telah berhasil menangkap sisa-sisa Dentuman Besar.
22.  Stephen Hawking (1942-sekarang) berkesimpulan bahwa lubang hitam tidak sepenuhnya hitam tapi juga memancarkan radiasi.
23.  Carl von Weizsacker, (1912-2007), Seorang astronom Jerman yang dalam tahun 1945 menggagas dasar teori-teori modern mengenai asal mula tata surya. Ia membayangkan bahwa planet terbentuk dari kumpulan partikel-partikel debu yang berasal dari sebuah cakram yang terdiri dari materi yang mengelilingi Matahari saat masih muda. Teorinya ini merupakan perubahan dari teori sebelumnya yang digagas oleh Kant dan Laplace.

Dari penjabaran-penjabaran di atas, penelitian dan pengembangan astronomi tidak sampai di situ saja. Astronomi akan terus dikembangkan dari waktu ke waktu. Hasil penelitian para ahli astronomi baru-baru ini yaitu ditemukan planet:
  1. Varuna, ditemukan tahun 2000, berdiamater sekitar 900 kilometer.
  2.  Ixion, ditemukan tahun 2001, lebarnya 1.065 kilometer. Dan sampai saat ini juga planet pluto masih beranggapan bahwa pluto bukanlah sebuah planet melainkan sebuah objek yang bentuknya lebih besar. mereka yang berangapan bahwa pluto adalah tidak sebuah planet tidak menutup kemungkinan sedna pun tidak akan diakui sebagai sebuah planet. dan sedangkan mereka yang beranggapan bahwa planet pluto adalah sebuah planet tidak menutup kemungkinan sedna juga akan disebut dengan planet ke-10 di tatasurya ini apa lagi bila hal yang selama ini telah terbukti bahwa dia memiliki sebuah bulan.
  3. Quaoar, ditemukan tahun 2002, adalah objek dengan diameter sekitar 1.200 kilometer.
  4. §  Sedna. Menurut ilmuwn dari California Institute of Technology planet ini berdiameter tidak lebih dari 1700 kilo meter dan pertama kali terlihat tanggal 14 November 2003, saat para astronom melakukan pengamatan langit menggunakan teleskop Samuel Oschin 48 inci, milik Observatorium Mount Palomar, California. Astronom-astronom dari Institut Teknologi California, Observatorium Yale, dan Observatorium Gemini, terlibat dalam penemuan tersebut. Sedna berotasi lebih pelan dari pada yang diperkirakan oleh para ilmuan sehingga para ilmuan berpendapat bahwa planet ini mempunyai sebuah satelit. Adapun Sedna sempat dianggap sebagai planet yang ke-10 ditata surya ini.
  5. Ahli astronomi Eropa menemukan 50 planet baru dalam tata surya kita. Dari jumlah itu, 16 planet di antaranya ditengarai berukuran sebesar planet bumi. (Republika – Sel, 13 Sep 2011)
  6. Misi Kepler dari badan antariksa Amerika Serikat (NASA) memastikan telah menemukan dua planet seukuran Bumi yang mengorbiti sebuah bintang seperti Matahari dalam sistem tata surya kita, demikian NASA seperti dikutip Reuters, (Republika – Kam, 22 Des 2011).


Berbagai penelitian akan terus dilakukan demi perkembangan astronomi di bumi. Namun tulisan ini telah diupayakan untuk merangkum berbagai pemikiran-pemikiran dan penelitian para ahli astronomi (dari Thales – tahun 2011).










DAFTAR PUSTAKA

-         Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius.
-         Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.
-         Kanginan, Marthen.2002.Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta : Kanisius.


Diakses hari/tanggal : Kamis, 31 Mei 2012
Pukul 16.00-selesai.


Lusiana Sandra

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment

Saya sangat berterima kasih anda bersedia memberikan komentar untuk tulisan saya. :-)