Menurut sejarah,
astronomi merupakan salah satu dari ilmu tertua di dunia. Hal ini berdasarkan
penemuan artifak-artifak,monumen-monumen dan lain sebagainya di daerah contohnya
Mesir dan Nubia, atau di Babilonia yang berisi peradaban-peradaban manusia di
zaman itu yang diduga memiliki kegunaan astronomis. Oleh karena itu,dapat
dikatakan bahwa astronomi sendiri sudah ada sejak zaman awal dalam perkembangan
kehidupan manusia. Bermula dari manusia mulai mengamati gerak benda-benda
langit dengan mata telanjang, kemudian dari membangun
observatorium-observatorium dengan tujuan seremonial dapat digunakan untuk mencoba
memprediksi iklim, cuaca, waktu cocok bertanam dan lain-lain berdasarkan hasil
pengamatan mereka observatorium tersebut.
Seiring dengan berkembangnya peradaban, terutama di Mesopotamia,
Cina, Mesir, Yunani, India, dan Amerika Tengah, orang-orang mulai membangun
observatorium dan gagasan-gagasan mengenai sifat-sifat semesta mulai ramai
diperiksa. Umumnya, astronomi awal disibukkan dengan pemetaan letak-letak
bintang dan planet (sekarang disebut astrometri), kegiatan yang akhirnya
melahirkan teori-teori tentang pergerakan benda-benda langit dan
pemikiran-pemikiran filosofis untuk menjelaskan asal-usul Matahari, Bulan,
dan Bumi. Perkembangan astronomi baru berkembang
pesat setelah ditemukannya teleskop. Tentu dengan adanya teleskop manusia tidak
lagi melakukan perkiraan-perkiraan namun dapat mengamati alam semesta secara
langsung dan terlihat jelas di penglihatan manusia.
Bermula
dari dari peradaban tersebut, muncullah orang-orang yang berupaya untuk terus
menyelidiki kebenaran mengenai pandangan masyarakat yang ada pada saat itu
yaitu para ilmuwan. Astronomi sendiri dikatakan mulai dikembangkan oleh para
ilmuwan sejak abad ke-6 yaitu dimulai dari Thales, yang dikatakan oleh Aristoteles
sebagai filsuf pertama. Thales mencoba menjelaskan
dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada
rasio manusia (sebelumnya pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam
menjelaskan segala sesuatu). Sebelumnya Thales mencoba memberi pandangan
mengenai bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup mengandung air dan
bagaimana semua makhluk hidup juga memerlukan air untuk hidup dan kemudian
menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalam bahasa Yunani arche) segala
sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam
semesta. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk (padat,
cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang. Thales juga mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak di atas air.
Bumi dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian
terapung-apung di atasnya.
Berikut Anaximander (610-546
SM) yaitu
seorang filsuf Yunani yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu
Astronomi” mengkritik pemikiran Thales gurunya sendiri. Menurutnya air bukan
prinsip dasar dari segala sesuatu seperti yang dikatakan gurunya itu,melainkan
To apeiron yang berasal dari bahasa Yunani a=tidak dan eras=batas. Ini
suatu prinsip abstrak yang menjadi prinsip dasar segala sesuatu. Menurutnya, bila
air merupakan prinsip dasar segala sesuatu, maka seharusnya air terdapat di
dalam segala sesuatu, dan tidak ada lagi zat yang berlawanan dengannya. Namun
pada kenyataannya api memiliki sifat berbeda dengan api. Dari prinsip inilah
berasal segala sesuatu yang ada di dalam jagad raya sebagai unsur-unsur yang
berlawanan (yang panas dan dingin, yang kering dan yang basah, malam dan
terang). Menurut Anaximandros, dari to apeiron berasal segala sesuatu
yang berlawanan, yang terus berperang satu sama lain. Yang panas membalut yang
dingin sehingga yang dingin itu terkandung di dalamnya. Dari yang dingin itu
terjadilah yang cair dan beku. Yang beku inilah yang kemudian menjadi bumi. Api
yang membalut yang dingin itu kemudian terpecah-pecah pula. Pecahan-pecahan tersebut
berputar-putar kemudian terpisah-pisah sehingga terciptalah matahari, bulan,
dan bintang-bintang.Kemudian mengenai bumi dikatakan berbentuk silinder, yang
lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Bumi tidak jatuh karena
kedudukannya berada pada pusat jagad raya, dengan jarak yang sama dengan semua
benda lain.
Salah satu kesulitan untuk menerima
filsafat Anaximandros tentang to apeiron yang metafisik adalah bagaimana
menjelaskan hubungan saling memengaruhi antara yang metafisik dengan yang fisik.
Anaximenes,seorang filsuf yang berasal dari kota Miletos meruakan teman dan
juga murid Anaximandros tidak lagi melihat sesuatu yang metafisik sebagai
prinsip dasar segala sesuatu, melainkan kembali pada zat yang bersifat fisik
yakni udara. Tentang alam semesta menurutnya dibentuk dari proses pemadatan dan
pengenceran udara yang membentuk air, tanah, batu, dan sebagainya. Bumi,
menurut Anaximenes, berbentuk datar, luas, dan tipis, hampir seperti sebuah
meja. Bumi dikatakan melayang di udara sebagaimana daun melayang di udara.
Benda-benda langit seperti bulan, bintang, dan matahari juga melayang di udara
dan mengelilingi bumi. Benda-benda langit tersebut merupakan api yang berada di
langit, yang muncul karena pernapasan basah dari bumi. Bintang-bintang tidak
memproduksi panas karena jaraknya yang jauh dari bumi. Ketika bintang, bulan,
dan matahari tidak terlihat pada waktu malam, itu disebabkan mereka tersembunyi
di belakang bagian-bagian tinggi dari bumi ketika mereka mengitari bumi.
Kemudian awan-awan, hujan, salju, dan fenomena alam lainnya terjadi karena
pemadatan udara.
Pythagoras (582–496 SM) seorang ilmuwan Yunani yang
diketahui sebagai yang pertama kalinya mencetuskan gagasan bahwa Bumi berbentuk
bola. Ia percaya bahwa Bumi terletak di pusat alam semesta dan benda-benda
angkasa lain beredar mengelilingi Bumi.
Selain itu, Anaxagoras (500-428 SM) memiliki pandangan yang mirip dengan
Anaximenes . Anaxagoras berpendapat bahwa
badan-badan jagat raya terdiri dari batu-batu yang berpijar akibat kecepatan
tinggi dari pusaran angin yang menggerakkannya.
Berbeda dengan filsuf-filsuf
Miletos di atas yang mengajarkan bahwa terdapat satu prinsip
dasar yang mempersatukan alam semesta,
Empedokles (495-435 SM) mengemukakan bahwa prinsip dasar itu tidaklah tunggal melainkan berupa empat anasir
(istilah anasir baru saja digunakan Plato) yaitu air,
tanah, api, dan udara.
Menurutnya semua benda yang ada di alam semesta terdiri dari keempat
anasir tersebut, walaupun berbeda komposisinya.
Pada abad ke-3 SM seorang ilmuwan Yunani bernama Aristharkus
yang percaya bahwa Matahari adalah pusat alam semesta merupakan orang pertama
yang menghitung ukuran relatif Matahari, Bumi dan Bulan. Ia menemukan bahwa diameter
bulan lebih dari 30% diameter Bumi (sangat dekat dengan nilai sebenarnya yaitu
0,27 kali diameter bumi). Ia juga memperkirakan bahwa Matahari memiliki
diameter 7 kali diameter Bumi. Ini kira-kira 15 kali lebih kecil dari ukuran
sebenarnya yang kita ketahui saat ini.
Aristoteles
(384-322 SM), Seorang
ilmuwan Yunani percaya bahwa Matahari, Bulan dan planet-planet mengitari Bumi
pada permukaan serangkaian bola angkasa yang rumit. Ia mengetahui bahwa Bumi
dan Bulan berbentuk bola dan bahwa bulan bersinar dengan memantulkan cahaya
Matahari, tetapi ia tak percaya bahwa Bumi bergerak dalam Antariksa ataupun
bergerak dalam porosnya.
Archimedes (287-212 SM) menyokong
teori Aristarkus, bahwa bumi berputar setiap hari mengelilingi sumbunya dan
berputar mengelilingi matahari tiap tahunnya dengan lintasan berbetuk
lingkaran. Matahari dan bintang-bintang tetap diam, sedangkan pada planet
bergerak berbentuk lingkaran dengan matahari sebagai pusatnya.
Hipparchus (190 SM – 120 SM) adalah
orang pertama yang membangun model akurat dan kuantitatif gerakan Matahari dan Bulan
dengan menggunakan hasil pengamatan dan pengetahuan yang telah dikumpulkan
selama berabad-abad oleh bangsa Chaldea
dari Babylonia. Dengan
teori Matahari dan bulan dan trigonometri numerik miliknya, ia berhasil
membangun metode dalam memperkirakan gerhana Matahari. Pencapaiannya yang lain
termasuk penemuan presesi,
kompilasi katalog bintang
yang pertama, dan kemungkinan, pencipta astrolabe.
Teori Hipparchus ini bertahan
selama kurang lebih 2 abad, kemudian barulah muncul Claudius Ptolemaeus (90 – 168M)
menggantikan karya Hipparchus
dengan Risalah astronominya. Ia menyusun gambaran baku
mengenai Alam semesta yang dipakai oleh para ahli astronomi hingga zaman
Renaissance. Menurut Ptolomeus, Matahari, Bulan, dan planet-planet beredar mengelilingi
Bumi dengan suatu sistem yang rumit. Ptolemeus
mendukung gagasan Aristoteles bahwa bumi tidak bergerak di pusat alam semesta dan dikelilingi oleh serangkaian
bola bening yang saling bertumpukan, dan bola-bola itu tertancap Matahari,
planet-planet, dan bintang-bintang. Ia menganggap bahwa pergerakan bola-bola
bening inilah yang menggerakan planet dan bintang.
Teori Ptolemaeaus ini bertahan dalam kehidupan masyarakat berabad-abad
lamanya walaupun rumus matematika Ptolemeus
menjelaskan, dengan akurasi hingga taraf tertentu, pergerakan planet-planet di
langit malam. Sampai muncullah Nicolaus
Copernicus (1473-1543 M) untuk mencari penjelasan alternatif atas
pergerakan yang aneh dari planet-planet. Copernicus membawa
perubahan penting dalam ilmu astronomi dalam masanya ini. Ia mencetuskan
pandangan bahwa Bumi bukanlah pusat alam semesta sebagaimana pandangan umum
pada masanya, melainkan mengitari Matahari seperti planet lainnya. Teorinya
dinamakan teori heliosentrisme di mana mataharilah yang merupakan pusat alam
semesta. Copernicus memperbaiki dan melengkapi berbagai argumen dan rumus
matematika yang menopang teorinya. Walaupun ada beberapa pihak mulanya
menentang, seperti Kaum Lutheran yang pertama-tama menyebut bukunya "tidak masuk akal" namun dewasa ini
Copernicus disanjung oleh banyak
orang sebagai Bapak Astronomi Modern.
Setelah Copernicus, ilmu astronomi semakin
berkembang pesat. Adapun Tycho Brahe
(1546-1601) memiliki sebuah observatorium dan merupakan astronom pengamat paling menonjol di zaman pra-teleskop karena
membuat observasi planet-planet secara sistematis, membuat daftar dari bintang,
pengumpulan data Astronomi yang lain hanya dengan ketelitian yang mungkin tanpa
teleskop.. Akurasi pengamatannya pada posisi bintang dan planet tak tertandingi pada zaman itu. Tycho berhasil
menampilkan secara eksplisit sejumlah orbit planet yang bersifat anomali, yang
sebelumnya belum pernah tercatat. Ia juga tercatat sebagai astronom pertama
yang membuat koreksi terhadap pembiasan oleh atmosfer.
Tycho Brahe memiliki seorang asisten bernama Johannes Kepler (1571-1630) disebutkan bahwa hal ini memungkinkan Kepler
kemudian mengembangkan penelitian Brahe. Diperlengkapi dengan tabel-tabel
pengamatan gerakan planet yang disusun oleh Brahe, Kepler mempelajari gerakan
kosmis dan menarik kesimpulan berdasarkan apa yang ia lihat. Ia kemudian
menemukan ketiga hukum dasar pergerakan planet. Pertama, dan yang terpenting,
ia pada tahun 1609 menunjukkan bahwa planet bergerak mengelilingi Matahari
dalam orbit eliptik, bukannya dalam kombinasi lingkaran-lingkaran sebagaimana
diperkirakan sebelumnya. Ia menunjukkan pula bahwa kecepatan planet berubah
sepanjang orbitnya, lebih cepat bila lebih dekat dengan Matahari dan lebih
lambat bila jauh. Pada tahun 1619 ia menunjukkan bahwa jangka waktu yang
diperlukan sebuah planet untuk menyelesaikan satu orbit berkaitan dengan
rata-rata jaraknya dari Matahari. Untuk perhitungannya, Kepler menggunakan
pengamatan Tycho Brahe.
Memiliki kurun waktu yang hampir bersamaan dengan Kepler, Galileo
Galilei (1564-1642) dipercaya sebagai orang pertama yang menemukan
teleskop. Namun hal ini kemudian dibantah bahwa Galileo hanya membuat
teleskop hanya berdasarkan deskripsi tentang alat yang dibuat di Belanda pada
1608 dan kemudian menyempurnakannya. Galileo menemukan tiga satelit alami
Jupiter -Io, Europa, dan Callisto- pada 7 Januari 1610. Empat malam kemudian,
ia menemukan Ganymede. Ia juga menemukan bahwa bulan-bulan tersebut muncul dan
menghilang, gejala yang ia perkirakan berasal dari pergerakan benda-benda
tersebut terhadap Jupiter, sehingga ia menyimpulkan bahwa keempat benda
tersebut mengorbit planet. Galileo adalah salah satu orang Eropa pertama yang
mengamati bintik matahari dan yang melaporkan adanya gunung dan lembah di
bulan, kesimpulan yang diambil melihat dari pola bayangan yang ada di
permukaan. Ia kemudian memberi kesimpulan bahwa bulan itu "kasar dan tidak
rata, seperti permukaan bumi sendiri", tidak seperti anggapan Aristoteles
yang menyatakan bulan adalah bola sempurna. Galileo juga mengamati planet
Neptunus pada 1612 namun ia tidak menyadarinya sebagai planet. Pada buku
catatannya, Neptunus tercatat hanya sebagai sebuah bintang yang redup.
Selain Kepler dengan hukumnya mengenai gerakan planet, Sir
Isaac Newton (1642-1727) adalah orang yang berhasil merumuskan hukum
gravitasi universal yang sangat berperan untuk memahami perilaku pergerakan
planet-planet yang diformulasikan berdasarkan data-data yang diperoleh dari
ilmuan-ilmuan sebelumnya termasuk kepler. Newton juga memberi sumbangan penting
kepada astronomi pengamatan dengan penelitiannya mengenai cahaya dan optika.
Pada tahun 1668 ia membangun teleskop pemantul (reflektor) yang pertama di
dunia.
Kemudian
berbagai penemuan mulai bertambah secara beruntun atau dengan selang waktu
beberapa tahun. Antara lain disebutkan dan dijelaskan di bawah ini.
Edmond Halley (1656-1742) yang dikenal karena telah memperkirakan kedatangan sebuah komet yang akan datang tiap 76 tahun
sekali, dan komet itu dinamai menurut namanya. James Bradley (1693-1762), Seorang ahli astronomi Inggris yang menemukan penyimpangan yang
disebut Aberasi Sinar Cahaya pada tahun 1728, yaitu bukti langsung pertama yang
dapat diamati bahwa Bumi beredar mengelilingi Matahari. Dari besarnya
penyimpangan ia menghitung kecepatan cahaya sebesar 295.000 km/dt. Hanya
sedikit lebih kecil dari nilai sebenarnya (299.792,4574 km/dt, US National
Bureau of Standards). Immanuel Kant (1724-1804) yaitu seorang
filsuf Jerman yang pada tahun 1755 mengajukan cikal-bakal teori modern tentang
tata surya. Kant percaya bahwa planet-planet tumbuh dari sebuah cakram materi
di sekeliling Matahari, sebuah gagasan yang kemudian dikembangkan oleh Marquis
de Laplace. Kant juga berpendapat bahwa nebula suram yang terlihat di antariksa
adalah galaksi tersendiri seperti galaksi Bima Sakti kita. Pendapat tersebut
kini telah terbukti kebenarannya.
Sir William Herschel (1738-1822) Seorang
ahli astronomi Inggris, lahir di Jerman, yang menemukan planet Uranus pada
tanggal 17 Maret 1781 beserta dua satelitnya dan juga dua satelit Saturnus.
Herscel membuat survey lengkap langit utara dan menemukan banyak bintang ganda
dan nebula. Untuk menangani pekerjaan ini, ia membangun sebuah reflektor 122
cm, terbesar di dunia saat itu. Survey langit Herschel itu meyakinkan bahwa
galaksi kita berupa sistem bintang berbentuk lensa, dengan kita di dekat pusat.
Pandangan ini diterima hingga jaman Harlow Shapley.
Charles Messier (1730-1817), seorang
ahli astronomi Prancis yang menyusun sebuah daftar berisi lebih dari 100 kelompok
bintang dan nebula. Hingga sekarang, banyak di antara objek ini yang masih
disebut dengan nomor Messier atau M, seperti M1, nebula Kepiting, dan M31,
galaksi Andromeda.
Laplace, Pierre Simon, Marquis de (1749-1827), Seorang ahli matematika Prancis yang mengembangkan teori asal mula
tata surya yang digagas oleh Immanuel Kant. Di tahun 1796, Laplace melukiskan
bagaimana cincin-cincin materi yang terlempar dari Matahari dapat memadat
menjadi planet-planet. Perincian teori tersebut telah ditinjau kembali, tetapi
pada pokoknya tidak berbeda dengan teori-teori modern mengenai awal-mula
terjadinya tata surya.
Pada periode 1800-1890 diformulasikan konsep-konsep fisika yang
mendasar yang sekarang kita kenal dengan sebutan Fisika Klasik Tokoh-tokoh
astronomi pada periode tiga dan kontribusinya dalam perkembangan astronomi
adalah:
Sir
William Herschel (1738-1822) Seorang ahli
astronomi Inggris, lahir di Jerman, yang menemukan planet Uranus pada tanggal
17 Maret 1781 beserta dua satelitnya dan juga dua satelit Saturnus. Herscel
membuat survey lengkap langit utara dan menemukan banyak bintang ganda dan
nebula. Untuk menangani pekerjaan ini, ia membangun sebuah reflektor 122 cm,
terbesar di dunia saat itu. Survey langit Herschel itu meyakinkan bahwa galaksi
kita berupa sistem bintang berbentuk lensa, dengan kita di dekat pusat.
Pandangan ini diterima hingga zaman Harlow Shapley. Urbain Jean Joseph Leverrier (1811-1877),
seorang ahli matematika Prancis yang memperhitungkan keberadaan planet
Neptunus. Saat memeriksa gerakan Uranus, ia menemukan bahwa gerakannya
dipengaruhi oleh sebuah planet tak dikenal. Perhitungan Leverrier memungkinkan
penemuan Neptunus oleh Johann Galle.
Joseph von Fraunhofer (1814).
Sebelumnya garis-garis
gelap dalam spektrum matahari telah ditemukan keberadaannya oleh William Hyde
Wollaston. Pada tahun 1814, Fraunhofer menciptakan spektroskop dan secara
mandiri menemukan kembali garis-garis tersebut, memulai sebuah studi sistematik
dan melakukan pengukuran seksama terhadap panjang gelombang garis-garis ini.
Dia mencatat dan memetakan sejumlah garis-garis gelap dalam spektrum matahari jika cahayanya dilewatkan pada suatu prisma. Secara keseluruhan, dia memetakan lebih dari 570
garis, dan menandai fitur-fitur utama dengan huruf A hingga K, dan garis-garis
yang lebih lemah dengan huruf lainnya. Garis-garis ini kemudian disebut sebagai
garis-garis Fraunhofer.
Fraunhofer juga menemukan bahwa bintang-bintang lain juga memiliki spektrum
seperti Matahari, tetapi dengan pola garis-garis gelap yang berbeda.
Angelo Secchi (1867)
merupakan seorang astronom Yesuit, melakukan penyelidikan terhadap 4000 spektrum bintang
hasil pengamatan yang dilakukannya menggunakan prisma obyektif. Hanya dengan
menggunakan mata, Secchi menggolongkan bintang-bintang tersebut ke dalam tiga
kelas. Bintang dengan garis-garis serapan sangat kuat dari atom hidrogen
digolongkan sebagai tipe I berwarna putih, bintang dengan garis-garis serapan
sangat kuat dari ion logam digolongkan sebagai tipe
II berwarna kuning, dan bintang dengan pita-pita serapan lebar digolongkan
sebagai tipe III berwarna merah. Setahun kemudian Secchi memasukkan beberapa
bintang yang memiliki garis-garis serapan dengan pola yang aneh, jarang ada,
mirip tetapi tidak terlalu sama dengan pola tipe III, dan menggolongkannya
sebagai tipe IV.
Henrietta
Leavitt (1868-1921), seorang ahli astronomi Amerika yang
menemukan sebuah teknik penting dalam astronomi untuk mengukur jarak bintang
dengan memakai bintang-bintang Variabel Cepheid. pada tahun 1912 ia menemukan
bahwa kecerlangan rata-rata sebuah Cepheid berhubungan langsung dengan jangka
waktu yang diperlukannya untuk berubah, dengan Cepheid paling cemelang memiliki
periode paling lama. Jadi, dengan mengukur waktu variasi cahaya sebuah Cepheid,
para astronom dapat memperoleh kecerlangan sebenarnya, dengan demikian jaraknya
dari bintang dan planet lain dapat pula dihitung.
James
Jeans (1877-1946), astronomi Inggris, J. Jeans
mengemukakan Tata Surya merupakan hasil interaksi antara bintang dan matahari.
Perbedaan ide yang ia munculkan dengan ide Chamberlin–Moulton terletak pada
absennya prominensa. Menurut Jeans dalam interaksi antara matahari dengan
bintang yang melewatinya, pasang surut yang ditimbulkan pada matahari sangat
besar sehingga ada materi yang terlepas dalam bentuk filamen. Filamen ini tidak
stabil dan pecah menjadi gumpalan-gumpalan yang kemudian membentuk proto
planet. Akibat pengaruh gravitasi dari bintang proto planet memiliki momentum
sudut yang cukup untuk masuk ke dalam orbit di sekitar matahari. Pada akhirnya,
efek pasang surut matahari pada proto planet saat pertama kali melewati
perihelion memberikan kemungkinan bagi proses pembentukan planet untuk
membentuk satelit.Pada model ini tampaknya spin matahari yang lambat
dikesampingkan karena dianggap matahari telah terlebih dahulu terbentuk sebelum
proses pembentukan planet. Selain itu tanpa adanya prominensa maka kemiringan
axis solar spin dan bidang orbit matahari-bintang tidak akan bisa dijelaskan.
Pada tahun yang sama, Asaph Hall
telah menemui 2 satelit-satelit Marikh yaitu Phobos dan Deimos.
Edward
Charles Pickering (1886) Pemakaian
fotografi dalam astronomi membuka kesempatan
lebih luas dalam mempelajari spektrum bintang. Edward Charles memulai
penyelidikan spektrum bintang secara fotografi dengan prisma obyektif di Observatorium
Harvard, Amerika Serikat.
Berdasarkan pekerjaan awal Secchi, para astronom di Harvard mengklasifikasikan bintang berdasarkan
kuat garis-garis serapan pada deret Balmer
dari hidrogen netral, memperluas penggolongan dan menamakan kembali penggolongan
dengan huruf A, B, C dan seterusnya hingga P, dimana bintang kelas A memiliki
garis serapan atom hidrogen paling kuat, B terkuat berikutnya dan seterusnya.
Chamberlin
(1890) menawarkan solusi untuk teori nebula
Laplace. Ia menawarkan adanya satu akumulasi yang membentuk planet atau inti
planet (objek kecil terkondensasi di luar materi nebula) yang kemudian dikenal
sebagai planetesimal. Menurut Chamberlin, planetesimal akan bergabung membentuk
proto planet. Namun karena adanya perbedaan kecepatan partikel dalam dan
partikel luar, dimana partikel dalam bergerak lebih cepat dari partikel luar,
maka objek yang terbentuk akan memiliki spin retrograde.
Pada akhir
abad ke 19 ditemukan beberapa fenomena yang tidak bisa dijelaskan melalui
fisika klasik. Hal ini menuntut pengembangan konsep fisika yang lebih mendasar
lagi yang sekarang disebut Fisika Modern. para ahli astronomi melakukan
pengamatan di observatorium dengan menggunakan teleskop untuk mengamati objek
langit. Setelah ditemukannya kanal di planet Mars, para ahli astronomi
terobsesi untuk meneliti planet mars. Selain itu, pada peiode ini diyakini
bahwa ada anggota tata surya ke-9 setelah neptunus. Pada periode ini juga, para
ahli astronomi yakin bahwa alam semesta ini tetap. Kemudian terjadi revolusi dalam
bidang astronomi yang dilakukan oleh Hubble yang mengatakan bahwa alam semesta
ini mengembang dan ditemukannya galaksi lain di luar galaksi kita. Tokoh-tokoh
pada periode ini adalah:
1.
Giovanni Schiaparelli
(1835-1910) ahli astronomi Italia yang pertama
kali melaporkan adanya canali di permukaan planet Mars ketika planet tersebut
mendekat di tahun 1877. dalam bahasa italia, canali berarti selat, namun ketika
diterjemahkan ke dalam bahasa inggris menjadi terusan atau saluran air,
sehingga menimbulkan implikasi adanya bangunan buatan di planet Mars. Selain
itu, ia juga menunjukkan bahwa hujan meteor mengikuti garis edar sama seperti
komet. Dari sana, ia menduga bahwa hujan meteor sebenarnya adalah puing sebuah
komet.
2.
Percival Lowell
(1855-1916) mendirikan observatorium Lowelldengan tujuan untuk memetakan canal di planet
Mars. Dari hasil pengamatannya, dia memetakan saluran-saluran di Mars dan
percaya tentang adanya kehidupan di planet tersebut. Kemudian dia menerbitkan
peta kanal di planet Mars, lengkap dengan globe mars. Akan tetapi, para
astronom lainnya yang juga sama-sama meneliti planet Mars, tidak menemukan
adanya saluran-saluran di planet Mars. Bahkan pada abad ke 20, ketika berbagai
wahana antariksa dikirim ke planet Mars, kanal-kanal yang digambarkan Lowell
tida ada. Selain meneliti tentang planet Mars, Lowell juga mempercayai adanya
planet lain setelah Neptunus yang belum ditemukan. Ia mulai mencarinya di
langit dengan bantuan gambar foto. Namun sayang, ia gagal menemukannya.
3.
Annie Jump Cannon (1863-1941)
bekerja sama dengan Observatorium Harvard
telah mengklasifikasikan bintang berdasarkan spektrumnya.
4.
Henrietta Leavitt
(1868-1921) melakukan penelitian mengenai awan
Magellan. Dari penelitiannya, diperoleh hubungan antara periode dengan
luminositas. Dengan mengukur waktu variasi cahaya sebuah Cepheid, para astronom
dapat memperoleh kecerlangan sebenarnya, dengan demikian jaraknya dari bintang
dan planet lain dapat dihitung.
5.
Albert Einstein
(1879-1955) pada tahun 1917 Einstein
memperkenalkan teori relativitas umum yang menghasilkan model alam semesta
berdasarkan teorinya tersebut. Dia menyebutkan bahwa ruang dipengaruhi
gravitasi. Teorinya tersebut menggambarkan bahwa alam semesta berkembang.
Namun, ia menyatakan bahwa hal tersebut tidak wajar sehingga memperbaharui
teorinya dan menyatakan bahwa alam semesta tetap dan tidak bergerak. Setelah
ditemukannya bukti bahwa alam semesta ini mengembang oleh Hubble, Einstein
menyadari dan mengatakan bahwa revisinya tentang teori alam semesta yang
dibuatnya sendiri merupakan kekeliruan terbesar dalam hidupnya.
6.
Harlow Shapley (1885-1972), seorang ahli astronomi Amerika yang pada tahun 1921 pertama kali
menghitung ukuran sebenarnya dari galaksi kita, dan menunjukkan bahwa Matahari
tidak terletak di pusatnya. Shapley mengajukan gagasannya dari suatu studi
mengenai kelompok globular perbintangan yang tersebar dalam suatu cincin di
sekitar galaksi kita. Dengan mengukur jaraknya dari kecerlangan bintang yang
dikandungnya, ia memperkirakan bahwa galaksi kita kira-kira berdiameter 100.000
tahun cahaya dan bahwa Matahari terletak kira-kira 30.000 tahun cahaya dari
pusatnya.
7.
Edwin Hubble
(1889-1953), seorang ahli astronomi Amerika
pada tahun 1924 menunjukkan bahwa terdapat galaksi lain di luar galaksi kita.
Selanjutnya ia mengelompokkan galaksi menurut bentuknya yang spiral atau
eliptik. Pada tahun 1929 ia mengumumkan bahwa alam semesta mengembang dan bahwa
galaksi bergerak saling menjauhi denga kecepatan yang semakin tinggi; hubungan
ini kemudian disebut hukum Hubble. Jarak sebuah galaksi dapat dihitung dengan
hukum Hubble bila kecepatan menjauhnya diukur dari pergeseran merah cahayanya.
Menurut pengukuran terakhir, galaksi bergerak pada 15 km/dt tiap jarak satu
juta tahun cahaya. Nama Hubble kini diabadikan pada sebuah teleskop raksasa di
antariksa yang dioperasikan oleh NASA.
8.
Georges Lemaitre (1894-1966), Seorang ahli astronomi Belgia yang pada tahun 1927 mencetuskan
teori Ledakan Besar kosmologi yang menyatakan bahwa alam semesta dimulai dengan
suatu ledakan besar dahulu kala dan bahwa sejak itu kepingannya masih terus
beterbangan. Lemaitre mendasarkan teorinya pada pengamatan Edwin Hubble
mengenai alam semesta yang mengembang.
9.
George Gamow
(1904-1968), seorang ahli astronomi Amerika
pendukung teori ledakan besar (Big Bang). Menurut hitungannya, kira-kira 10%
bahan dalam alam semesta seharusnya adalah Helium yang terbentuk dari Hidrogen
selama terjadinya ledakan besar; pengamatan telah membenarkan ramalan ini. Ia
juga meramalkan adanya suatu kehangatan kecil dalam alam semesta sebagai
peninggalan ledakan besar. Radiasi Latar belakang ini akhirnya ditemukan pada
1965.
10. G. P. Kuiper (1905-1973) melakukan analisis dinamika komet-komet periode pendek yang menunjukkan bahwa
komet-komet berasal dari ”sarang” komet yang terletak di luar orbit Neptunus.
Kawasan ”sarang” komet yang diduga berisi sekitar 35.000 objek batuan
mengandung es itu kini dikenal sebagai sabuk Kuiper.
11. Clyde Tombaugh (1906-1997) ahli
astronomi Amerika yang pada bulan Februari 1930 menemukan planet Pluto dengan
mempergunakan gambar-foto yang diambil di observatorium Lowell. Setelah
penemuan Pluto, Tombaugh melanjutkan survey foto sekeliling langit untuk
mencari planet lain yang mungkin ada, tetapi tidak menemukan sesuatu.
12. Carl von Weizsacker (1912-….), Seorang
astronom Jerman yang dalam tahun 1945 menggagas dasar teori-teori modern
mengenai asal mula tata surya. Ia membayangkan bahwa planet terbentuk dari
kumpulan partikel-partikel debu yang berasal dari sebuah cakram yang terdiri
dari materi yang mengelilingi Matahari saat masih muda. Teorinya ini merupakan
perubahan dari teori sebelumnya yang digagas oleh Kant dan Laplace.
13. Sir Fred Hoyle (1915 - 2001) dikenal
dunia karena pendapatnya yang menentang teori ”Dentuman Besar” (Big Bang),
karyanya mengenai Teori Keadaan Tunak menyangkal bahwa alam semesta diawali
dengan suatu ledakan besar. Hoyle menunjukkan bagaimana unsur-unsur kimia berat
dalam alam semesta tersusun dari hidrogen dan helium dengan reaksi-reaksi
nuklir di dalam bintang, dan tersebar dalam antariksa oleh ledakan supernova.
14. Alexander Friedman Pada tahun 1922,
dia menunjukkan ketidakstatisan struktur alam semesta melalui perhitungannya.
Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa impuls yang sangat kecil pun mungkin
cukup untuk menyebabkan struktur keseluruhan mengembang atau mengerut menurut
Teori Relativitas Einstein. Penemuan perhitungan Alexandra Friedman ini
merupakan permulaan dirintisnya teori pembentukan alam semesta dari sebuah
ledakan (Teori Big Bang).
15. Marteen Schmidt (1929-….) Seorang
ahli astronomi Amerika yang menemukan jarak-jarak kuasar dalam alam semesta. Di
tahun 1963 ia mula-mula mengukur pergeseran merah dari kuasar C 273 yang
ternyata begitu besar sehingga menurut hukum Hubble ia seharusnya terletak jauh
diluar galaksi kita.
16. Carl Sagan (1934-1996) Seorang
ilmuwan Amerika yang dikenal karena penelitiannya mengenai kemungkinan adanya
bentuk kehidupan diluar planet Bumi. Ia terlibat sebagai peneliti dalam
berbagai misi wahana tak berawak yang diluncurkan oleh NASA, di antaranya
adalah misi Mariner ke planet Venus dan Viking ke planet Mars.
18. Antony Hewish pada Januari 1968, Hewish mengumumkan
penemuan sumber radio di langit berasal dari bintang neotron yang berotasi
sangat cepat. Dan Digunakan istilah ‘pulsar’ (pulsaring radio source, sumber
radio yang berdenyut) oleh jurnalis Daily Telegraph.
19. John Archibald Wheeler Seorang
fisikawan Amerika yang pertama kali menggunakan istilah “lubang hitam” pada
tahun 1968. Black Hole (Lubang Hitam) ini terbentuk ketika sebuah bintang yang
telah menghabiskan seluruh bahan bakarnya, sehingga jari-jarinya mengecil dan
volume menyusut, dan akhirnya berubah menjadi sebuah lubang hitam dengan
kerapatan tak hingga dan volume nol serta medan magnet yang amat kuat. Kita
tidak mampu melihat lubang hitam dengan teropong terkuat sekalipun, sebab
tarikan gravitasi lubang hitam tersebut sedemikian kuatnya sehingga cahaya
tidak mampu melepaskan diri darinya. Namun, bintang yang runtuh seperti itu
dapat diketahui dari dampak yang ditimbulkannya di wilayah sekelilingnya.
20. Kentaro Osada Pada malam 29
Agustus 1975, ia menemukan bintang yang terang (Cygni 1975) yang merupakan nova
yang paling terang pada abad ke-20.Kemudian, pada abad ke-19 ini juga ditemukan
kabut kepiting yang merupakan sisa ledakan bintang yang terang (supernova) pada
900 tahun yang lalu.Dan untuk pertama kalinya para ilmuwan berhasil merekam
ledakan sebuah supernova.
21. George Smoot Pada
tahun 1989, George Smoot dan tim NASA-nya meluncurkan sebuah satelit ke luar
angkasa. Sebuah instrumen sensitif yang disebut “Cosmic Background Emission
Explorer” (COBE) di dalam satelit itu hanya memerlukan delapan menit untuk
mendeteksi dan menegaskan tingkat radiasi yang dilaporkan Penzias dan Wilson.
Hasil ini secara pasti menunjukkan keberadaan bentuk rapat dan panas sisa dari
ledakan yang menghasilkan alam semesta. Kebanyakan ilmuwan mengakui bahwa COBE
telah berhasil menangkap sisa-sisa Dentuman Besar.
22. Stephen Hawking (1942-sekarang) berkesimpulan bahwa lubang hitam tidak sepenuhnya hitam tapi juga
memancarkan radiasi.
23. Carl
von Weizsacker, (1912-2007), Seorang astronom Jerman yang dalam tahun 1945
menggagas dasar teori-teori modern mengenai asal mula tata surya. Ia
membayangkan bahwa planet terbentuk dari kumpulan partikel-partikel debu yang
berasal dari sebuah cakram yang terdiri dari materi yang mengelilingi Matahari saat
masih muda. Teorinya ini merupakan perubahan dari teori sebelumnya yang digagas
oleh Kant dan Laplace.
Dari penjabaran-penjabaran di atas, penelitian
dan pengembangan astronomi tidak sampai di situ saja. Astronomi akan terus dikembangkan
dari waktu ke waktu. Hasil penelitian para ahli astronomi baru-baru ini yaitu
ditemukan planet:
- Varuna,
ditemukan tahun 2000, berdiamater sekitar 900 kilometer.
- Ixion, ditemukan tahun 2001, lebarnya
1.065 kilometer. Dan sampai saat ini juga planet pluto masih beranggapan
bahwa pluto bukanlah sebuah planet melainkan sebuah objek yang bentuknya
lebih besar. mereka yang berangapan bahwa pluto adalah tidak sebuah planet
tidak menutup kemungkinan sedna pun tidak akan diakui sebagai sebuah
planet. dan sedangkan mereka yang beranggapan bahwa planet pluto adalah
sebuah planet tidak menutup kemungkinan sedna juga akan disebut dengan
planet ke-10 di tatasurya ini apa lagi bila hal yang selama ini telah
terbukti bahwa dia memiliki sebuah bulan.
- Quaoar,
ditemukan tahun 2002, adalah objek dengan diameter sekitar 1.200
kilometer.
- §
Sedna. Menurut ilmuwn dari California
Institute of Technology planet ini berdiameter tidak lebih dari 1700 kilo
meter dan pertama kali terlihat tanggal 14 November 2003, saat para
astronom melakukan pengamatan langit menggunakan teleskop Samuel Oschin 48
inci, milik Observatorium Mount Palomar, California. Astronom-astronom
dari Institut Teknologi California, Observatorium Yale, dan Observatorium
Gemini, terlibat dalam penemuan tersebut. Sedna berotasi lebih pelan dari
pada yang diperkirakan oleh para ilmuan sehingga para ilmuan berpendapat
bahwa planet ini mempunyai sebuah satelit. Adapun Sedna sempat dianggap
sebagai planet yang ke-10 ditata surya ini.
- Ahli
astronomi Eropa menemukan 50 planet baru dalam tata surya kita. Dari
jumlah itu, 16 planet di antaranya ditengarai berukuran sebesar planet
bumi. (Republika – Sel,
13 Sep 2011)
- Misi
Kepler dari badan antariksa Amerika Serikat (NASA) memastikan telah
menemukan dua planet seukuran Bumi yang mengorbiti sebuah bintang seperti
Matahari dalam sistem tata surya kita, demikian NASA seperti dikutip
Reuters, (Republika – Kam,
22 Des 2011).
Berbagai
penelitian akan terus dilakukan demi perkembangan astronomi di bumi. Namun
tulisan ini telah diupayakan untuk merangkum berbagai pemikiran-pemikiran dan
penelitian para ahli astronomi (dari Thales – tahun 2011).
DAFTAR PUSTAKA
-
Simon
Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius.
-
Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta:
Kanisius.
-
Kanginan, Marthen.2002.Fisika
untuk SMA kelas X. Jakarta : Kanisius.
Diakses hari/tanggal : Kamis, 31 Mei 2012
Pukul 16.00-selesai.